Pertemuan Kerinduan dan Kegalauan Syams-Rumi
Jumat, 16 Mei 2025 | 07:00 WIB
Syams Tabrizi gelisah. Ia merindukan seseorang yang sering hadir dalam mimpinya. Lalu dia meninggalkan rumah dan kampungnya untuk mencari seseorang itu, dengan jalan kaki. Ia kemudian tiba di Konya, Turki, dan beristirahat di sebuah penginapan sederhana.
Esoknya dia jalan lagi. Di tengah perjalanan dia singgah di sebuah masjid. Dia melihat ada pertemuan para ulama daerah itu. Syamsi Tabrizi ikut hadir dalam pertemuan para ulama itu. Di sana dia menemukan para ulama sedang mendiskusikan sejumlah isu sosial. Kira-kira semacam forum "Bahtsul Masail". Kitab-kitab Referensi diletakkan di atas meja yang telah disediakan. Masing-masing ulama menyampaikan pendapatnya atas isu-isu itu, sambil mengutip hadits Nabi, al-Atsar (pernyataan sahabat Nabi) dan ucapan "Auliya" para waliyullah atau bijakbestari atau para ulama mazhab.
Baca Juga
Agama Fitrah
Syamsi Tabrizi tampak gelisah mendengar dan menyaksikan perdebatan itu. Hatinya terusik ingin sekali ikut bicara. Dia berdiri lalu mengatakan :
اِلَى مَا تَمْضُونَ اَوْقَاتَكُمْ فِى النَّقْلِ عَنْ فُلَانٍ وَفُلَانٍ. اَلَيْسَ لَدَيْكُمْ شَيْءٌ جَدِيدٌ تَقُولُونَهُ؟.
"Sampai kapan kalian menghabiskan waktu-waktu kalian dengan mengutip kata si anu dan si anu?. Apakah tidak ada sesuatu yang baru yang kalian sampaikan?.
Sufi "nyentrik" ini tampaknya sedang mengkritik pengetahuan eksoteris/fiqih, pandangan-pandangan dan metode Bahtsul Masail bernuansa konservatif itu dan belum beranjak ke pemecahan substantif, filosofis dan sufistik.
Kritik Syams yang tajam itu mengundang kontroversi bahkan kemarahan para ulama eksoteris. Tetapi ia tak peduli.
Baca Juga
Memahami Tujuan Nahdlatul Ulama
Di sela-sela perbincangan dengan mereka, Syams bertanya orang yang sedang dicarinya itu. Salah seorang dari mereka menunjukkan agar Syams menuju sebuah masjid di Konya, di dekat istana, pusat pemerintahan di bawah kepemimpinan Alauddin Kaykobad. Atas saran itu Syams segera menuju ke sana. Ini terjadi pada tahun 641 H atau Oktober 1244 M. Saat tiba di tempat itu Syams mendengar banyak orang bercerita sambil memuji-muji Maulama Jalal al-Dir Rumi.
Pada hari Jum’at sesudah shalat Ashar, Syams menyaksikan rombongan besar, kira-kira lebih dari seribu orang yang sedang berjalan mengiring seseorang yang berusia sekitar 40 an tahun. Orang ini mengenakan pakaian bagus yang dijahit dengan benang emas. Ia duduk di atas kuda berkulit putih, bagaikan seorang raja. Syams mendengar teriakan-teriakan histeris, penuh cinta di antara para pengiringnya :"Maulana...Maulana.. Maulana.
Hatinya berdegup kencang. Dia merasa menemukan orang yang dicari dan dirindukan itu. Lalu menemuinya dan berbincang-bincang akrab. Keduanya lalu masuk kamar untuk berbagi pengetahuan, melakukan permenungan atas realitas semesta dan meditasi. Itu berlangsung selama 40 hari. Wajah Rumi berbinar-binar, lalu menari-nari diiring suara "ney" yang mendayu-dayu. Dan dunia pun berubah : Bercahaya.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Sambut 1 Muharram, Pagar Nusa Beji Pladen Gelar Istighotsah dan Pawai Obor
2
Bertempat di Pesantren Al-Musri Banu Mansur, Gelaran Diklatsar Banser Cianjur Diikuti Puluhan Peserta
3
Ranting NU Margajaya Gelar Lailatul Ijtima, Perkuat Khidmat Kader NU Kota Bogor
4
Model MANIS, Jawaban atas Tantangan Pendidikan Karakter Masa Kini
5
Dari Pawai Obor hingga Santunan Yatim Jadi Cara IKRIMA Meriahkan Pekan Muharram 1447 H di Griya Citayem Permai
6
PCNU Kota Bandung Konsolidasi Kader Penggerak, Perkuat Aswaja dan Optimalisasi Potensi Bangun Kemandirian Jam'iyah dan Jamaah
Terkini
Lihat Semua