Peralihan Arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah Terjadi di Bulan Syaban
Sabtu, 8 Februari 2025 | 16:00 WIB
Peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi pada bulan Sya'ban, yakni peralihan arah kiblat umat Muslim dari Baitul Maqdis ke Ka'bah. Hal ini dijelaskan oleh Sayyid Muhammad dalam kitab Madza fi Sya'ban.
Sebab Perubahan Arah Kiblat
Dalam Tafsir Al-Kabir atau yang dikenal dengan Mafatih al-Ghaib, Al-Razi menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw meminta kepada malaikat Jibril agar arah kiblat diubah. Nabi tidak menyukai kiblat yang sama dengan orang Yahudi. Rasulullah pun menyampaikan permohonannya kepada Jibril:
"Wahai Jibril, aku lebih senang jika Allah memalingkanku dari kiblat orang Yahudi. Aku tidak menyukai arah kiblat mereka."
Jibril menjawab, "Aku pun hamba sepertimu. Akan saya mintakan hal itu untukmu."
Baca Juga
Bulan Syaban adalah Bulan Shalawat
Nabi saw menengadahkan wajahnya ke arah langit menunggu wahyu dari Allah. Tidak lama kemudian, Jibril turun membawa perintah Allah yang mengabulkan permintaan Rasulullah saw:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَهَا فَوَلِ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ، وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَبَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah [2]: 144)
Alasan Rasulullah Tidak Mengikuti Kiblat Yahudi
Syekh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan beberapa alasan mengapa Rasulullah saw tidak ingin kiblatnya sama dengan orang Yahudi:
الأول: أن اليهود كانوا يقولون: إنه يخالفنا ثم إنه يتبع قبلتنا ولولا نحن لم يدر أين يستقبل ، فعند ذلك كره أن يتوجه إلى قبلتهم . الثاني: أن الكعبة كانت قبلة إبراهيم . الثالث: أنه عليه السلام كان يقدر أن يصير ذلك سبباً لاستمالة العرب ولدخولهم في الإسلام . الرابع: أنه عليه السلام أحب أن يحصل هذا الشرف للمسجد الذي في بلدته ومنشئه لا في مسجد آخر.
Pertama, dulu orang-orang Yahudi berkata, "Muhammad sebelumnya berbeda (arah kiblat) dengan kita, lalu ia mengikuti kami. Andai saja tidak ada kami, pasti ia tidak tahu akan menghadap ke arah kiblat yang mana." Kedua, Ka'bah merupakan kiblat bagi Nabi Ibrahim.
Ketiga, menurut Rasulullah, jika arah kiblat ke arah Ka'bah, hal ini bisa menyentuh hati orang-orang Arab. Sehingga mereka mau masuk Islam.
Keempat, kiblat Rasulullah saw menginginkan kemuliaan untuk masjid yang ada di kota beliau, kota kelahiran baginda. (Litah Tafsir al-Kabir, juz 4, hlm 121)
Secara detail, pergantian kiblat terjadi pada hari Selasa di pertengahan bulan Sya'ban. Abu Hatim al-Basti mengatakan,
Pergantian Kiblat Terjadi di Pertengahan Bulan Sya'ban
Secara kronologis, pergantian kiblat terjadi pada hari Selasa di pertengahan bulan Sya'ban. Hal ini dijelaskan oleh Abu Hatim al-Basti:
صلى المسلمون إلى بيت المقدس سبعة عشر شهرة وثلاثة أيام سواء، وذلك أن قدومه المدينة كان يوم الاثنين لا ثنتي عشرة ليلة خلت من شهر ربيع الأول، وأمره الله عزجل باستقبال الكعبة يوم الثلاثاء للنصف من شعبان
"Orang Muslim pernah shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan tiga hari. Hal ini berdasarkan perhitungan Rasulullah saw tiba di Madinah pada Senin, tanggal 12 bulan Rabi'ul Awwal. Kemudian Allah swt memerintahkan Nabi saw untuk mengganti arah kiblat ke Ka'bah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya'ban." (Madza fi Sya'ban, hlm. 10)
Hikmah Pergantian Arah Kiblat
Setiap perubahan yang Allah tetapkan pasti memiliki hikmah. Menurut para mufassirin (ulama tafsir), pergantian arah kiblat merupakan ujian keimanan bagi kaum Muslimin.
Orang-orang yang benar-benar beriman langsung menerima perintah tersebut tanpa keraguan. Sebaliknya, mereka yang imannya masih lemah merasa ragu dan menuduh Nabi Muhammad saw tidak konsisten. Mereka merasa berat meninggalkan arah kiblat yang telah lama mereka gunakan.
Allah swt berfirman:
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ
"Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah." (QS. Al-Baqarah [2]: 143)
Dengan peristiwa ini, umat Islam semakin dikuatkan dalam keyakinan dan keimanan mereka kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
Tulisan ini dikutip dari artikel karya Muhammad Abror sebagaimana dimuat di NU Online.
Terpopuler
1
Lazuardi Al-Falah Serahkan Zakat, Infaq, dan Sedekah Siswa kepada LAZISNU Kota Depok
2
Kemenag Targetkan BOS dan PIP Santri Rp230 Miliar Cair Sebelum Lebaran
3
Menyoal Legalitas Panitia Zakat Fitrah di Masjid Kampung
4
Kurangi Sampah Lebaran, Ketua LPBINU Jabar Ajak Masyarakat Bijak Kelola Lingkungan
5
Santunan Ramadhan DKM Al Hidayah: 114 Anak Yatim dan Duafa Terima Bantuan
6
Timnas Indonesia Menang 1-0 atas Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terkini
Lihat Semua