Hikmah

Bulan Syaban adalah Bulan Shalawat

Kamis, 6 Februari 2025 | 09:00 WIB

Bulan Syaban adalah Bulan Shalawat

Bulan Syaban (Ilustrasi: AM)

Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang dianjurkan untuk memperbaiki diri dari keburukan. Meskipun tidak termasuk dalam Asyhurul Hurum (empat bulan mulia: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), Sya’ban tetap memiliki keistimewaan tersendiri dibanding bulan lainnya. Bulan ini berada di antara dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan, serta disebut sebagai bulan Nabi Muhammad SAW.


Hal ini disampaikan langsung oleh Rasulullah SAW yang bersabda bahwa Rajab adalah bulan Allah, Ramadhan adalah bulan umat Nabi Muhammad SAW, sedangkan Sya’ban adalah bulannya. Salah satu amalan utama di bulan ini adalah ibadah di malam Nisfu Sya’ban, yang jatuh pada tanggal 15 Sya’ban. Malam ini diyakini sebagai malam penghapusan dosa bagi mereka yang memohon ampun kepada Allah SWT.


Bulan kedelapan ini menjadi istimewa karena di dalamnya mengandung berbagai peristiwa penting, di antaranya adalah turunnya ayat anjuran tentang shalawat. Ayat yang dimaksud adalah Al-Qur'an surat Al-Ahzab ayat 56 sebagai berikut:

 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ۝٥٦

 

Artinya, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab: 56).


Tak pelak, karena ayat tersebut turun pada bulan Sya'ban, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza fi Sya'ban, menyebut Sya'ban sebagai bulan Shalawat. Bulan tersebut memiliki sederet keistimewaan, salah satunya menjadi bulan diturunkannya ayat perintah shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam kitabnya, Ma Dza fi Sya’ban (Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Ma Dza fi Sya’ban, [1424 H], halaman 25-26).

 

وَمِن مَزَايَا شَهْرِ شَعْبانَ : أَنَّهُ الشَّهْرَ اَلَّذِي نَزَلَتْ فِيه أَيَّةُ الصَّلاةِ عَلَى رَسولِ اللَّهِ وَهِيَ قَوْلُهُ تَعَالَى: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 

Artinya: “Di antara keistimewaan bulan Sya’ban ialah bulan yang turun ayat shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Ma Dza fi Sya’ban (Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Ma Dza fi Sya’ban, [1424 H], halaman 25-26).


Sayyid Muhammad menyebutkan juga beberapa pendapat ulama yang mengatakan bahwa bulan Sya'ban merupakan bulan shalawat kepada Nabi Muhammad dengan alasan yang sama, yakni bahwa ayat di atas diturunkan pada bulan Sya'ban.


Ulama yang dimaksud antara lain adalah Ibnu Abi Ashaif Al-Yamani, pendapat beberapa ulama yang dinukil oleh Imam Shibabbudin Al-Qashtalani dalam kitabnya Al-Mawahibul Laduniyah, dan Al-Hafizh Ibnu Hajar.


Atas peristiwa itu juga, bulan Sya'ban menjadi kian istimewa. Sebab, sebagaimana dijelaskan Sayyid Muhammad, bahwa kemuliaan waktu di antaranya juga disebabkan karena peristiwa di dalamnya.


Tulisan ini dikutip dari artikel karya Muhammad Izharuddi sebagaimana dimuat di NU Online.