• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Kolom Buya Husein

Nuzulul Qur'an (4): Makna Qalam (Pena) 

Nuzulul Qur'an (4): Makna Qalam (Pena) 
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

Lalu apa pula dengan "al-Qalam", (pena) sebagaimana disebutkan dalam rangkaian wahyu pertama di atas: "Tuhan mengajarkan manusia dengan qalam (pena)", apa-apa yang dia tidak tahu"


Pada wahyu ke tiga kata Qalam/pena juga disebutkan: "Demi pena dan apa yang mereka goreskan?". 


Kata-kata ini begitu indah. Lihatlah, Tuhan bersumpah dengan Pena. Betapa hebatnya pena sehingga Dia bersumpah dengannya. Ada apa dengannya gerangan?. 


Pena tentu bukan sekedar alat untuk menulis kata-kata atau melukis, melainkan mencatat dan menghimpun segala peristiwa kehidupan manusia masa lalu, kini, dan nanti, serta alam semesta. Dengan wahyu tersebut, Tuhan seakan-akan ingin mengatakan kepada semua manusia, melalui Nabi Muhammad: 


Hai manusia. Catat segala peristiwa kehidupanmu. 
Catat transaksi-transaksi pentingmu. 
Tulis perjanjian damai dengan siapapun. 
Abadikan gagasan dan karya-karya kecendikiaan dan intelektualmu melalui goresan tanganmu.  
Dan tulis sejarah bangsa-bangsa. Dan seterusnya. 


Seorang sastrawan sekaligus teolog besar, Abu ‘Amr al-Jahizh menulis tentang buku dan pena:


الْقَلَمُ اَبْقَى أَثَراً  وَاللِّسَانُ أَكْثَرُ هَدَراً
لَوْلاَ الْكِتَابُ لَاخْتَلَّتْ أَخْبَارُ الْمَاضِيْنَ
وَانْقَطَعَ أَثَرُ الْغَائِبِيْنَ
وَاِنَّمَا اللِّسَانُ شَاهِدٌ لَكَ وَالْقَلَمُ لِلْغَائِبِ عَنْكَ
الْكِتَابُ يُقْرَأُ بِكُلِّ مَكَانٍ  وَيُدْرَسُ فِى كُلِّ زَمَانٍ


Jejak goresan pena lebih abadi
Suara lidah acap tak jelas
Andai tak ada buku
Tak lagi ada cerita masa lalu
Dan terputuslah jejak 
mereka yang telah pulang
Kata-kata hanyalah untuk yang hadir
Pena untuk yang tak hadir 
Buku dibaca di segala ruang 
Dikaji disegala zaman.  


Membaca dan menulis adalah titik awal dan instrumen fundamental bagi penciptaan Ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban manusia. Melalui wahyu-wahyu pertama di atas, sangat jelas kiranya bahwa  Islam, bukan sekedar mengajarkan kepada manusia tentang keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kehidupan metafisika atau kehidupan akhirat, melainkan juga memiliki komitmen yang sangat jelas dan kuat untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan dan membangun peradaban yang didasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan


Hikmah Terbaru