• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

Kolom Buya Husein

Nuzulul Qur'an (3): Makna Iqra (Bacalah)

Nuzulul Qur'an (3): Makna Iqra (Bacalah)
Ilustrasi: NUO.
Ilustrasi: NUO.

Sungguh menakjubkan dan mungkin dapat dipandang sangat aneh. Tuhan menurunkan Titah-Nya yang pertama dengan kata “Iqra” (Bacalah). Mengapa bukan “U'bud Rabbak" (Sembahlah Tuhanmu)?. Bukankah tujuan utama agama adalah mengajak manusia untuk menyembah Tuhan?. 


"Iqra", secara literal bermakna “bacalah”. Lalu apakah yang dibaca oleh Nabi saat itu?. Bukankah beliau tak bisa membaca dan menulis?. Apakah Malaikat Jibril telah membawakan untuk beliau bahan bacaan ?. Tetapi bukankah Muhammad tidak pernah belajar menulis dan membaca?.


Maka tentu saja, Iqra tidak hanya dimaknai sesederhana itu. Ia adalah kata bernuansa metaforis (majaz) yang padat makna. Ia mungkin bermakna : 


Lihatlah dan pandanglah semesta, pikirkan dan renungkan inti manusia dan realitas kebudayaan bangsa-bangsa. 
Lihatlah langit yang menaungimu, bumi yang menyanggamu. 
Lihatlah gunung gemunung yang bertengger di puncak bumi dengan begitu kokoh. 
Pandanglah lautan biru yang membentang dan menukik ke dalam perut bumi. 
Pikirkan O, Muhammad. Siapakah yang menciptakan semua itu?. 
Lihatlah dirimu sendiri dan renungkan dalam-dalam. Kau sebelumnya hanyalah air mani yang menjijikkan, lalu membentuk darah, daging, tulang, dan seterusnya menjadi dirimu sendiri yang indah. 


Lalu akan menjadi apakah kau kelak?. Bukankah kau akan kembali menjadi tulang-belulang yang tertimbun di perut bumi dan yang tak berharga?. 


Lihatlah tingkah laku manusia-manusia di sekelilingmu! Bukankah kau lihat, mereka rajin memperbudak manusia, menindas mereka yang miskin, merendahkan kaum perempuan begitu rendah?. Perhatikan, O. Muhammad,para pemimpin kaummu itu. Mereka begitu congkak, arogan dan munafik. 


Sesudah itu, 
Melangkahlah engkau wahai Muhammad. Bebaskan bumi manusia dari sistem penindasan dan pembodohan. Selamatkan umat manusia dari cengkeraman para kapitalis dan kaum borjuis itu.
Bawakan lilin, cerahkan kaummu. Beri mereka pengetahuan. 


Mengenai misi kenabian ini dinyatakan oleh Allah dalam al-Qur’an : 


 الَر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ


"Aku turunkan kepadamu kitab suci ini, agar kau membebaskan manusia dari situasi "gelap" menuju "cahaya".


Situasi gelap itu adalah kebodohan, kejahilan atau ketidakmengertian orang terhadap hak-hak asasi orang lain dan ini bisa mengantarkannya untuk menjadi arogan, sombong dan melakukan kekerasan, penindasan serta kezaliman. Dunia bercahaya adalah dunia yang diliputi oleh ilmu pengetahuan, keberadaban dan keadilan. 


O. Muhammadku.
Lakukan segera transformasi kebudayaan dunia secara sistemik menuju pencerahan dan keadilan itu.
Bangunlah peradaban baru yang manusiawi. Bebaskan bumi manusia dari sistem perbudakan manusia atas manusia. Muliakan kaum perempuan. 
Ajaklah seluruh manusia menuju Tuhan bersama Tuhan. 
Bicaralah kepada umatmu sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. 
Perlakukan orang lain siapapun ia dengan baik
Cintailah mereka, sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri. 
Dalam konsep agama-agama langit dan etika spiritual, pengabdian kepada manusia untuk kemanusiaan, meminjam istilah Mulla Sadra, adalah “al-Safar min al-Khalq ila al-Khalq bi al-Haq” (proses perjalanan dari makhluk untuk makhluk bersama Tuhan).


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru