• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Kolom KH Zakky Mubarak

Melenyapkan Api Permusuhan

Melenyapkan Api Permusuhan
(Ilustrasi: NUO).
(Ilustrasi: NUO).

Oleh: KH. Zakky Mubarak
Diciptakannya manusia dalam berbagai bangsa dan suku, berbagai macam ras dan adat istiadat adalah untuk menjalin hubungan kasih terhadap sesamanya dan saling tolong menolong. Bila umat manusia mengadakan kegiatan yang positif yaitu dengan mengadakan kegiatan yang bermanfaat, maka kesejahteraan dan kebahagiaan akan terwujud dengan sendirinya. Sebaliknya bila umat manusia melakukan aktivitas yang negatif, saling bermusuhan, saling menghalangi dan menyuburkan kebencian, maka akan menimpa mereka bencana yang dahsyat dalam segala kehidupan. Kerusakan dan kehancuran akan timbul di mana-mana, kekacauan akan terus merajalela dan masyarakat dilanda ketakutan.

Manusia muslim, diarahkan ajaran agamanya agar senantiasa memiliki rasa cinta terhadap sesamanya, saling tolong menolong dan menebarkan kasing sayang. Diberantasnya dengan tegas segala sifat egoistis yang otoriter dan keras kepala. Orang-orang muslim membiasakan dirinya dengan berbuat kebajikan dan menghindari kebencian terhadap sesamanya. Sikap terpuji itu tidak saja mereka wujudkan dengan sikap dan perbuatan, juga dapat ditandai dari doa mereka. 

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ  

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Hasyr, 59: 10).

Bila kebencian sesama umat dan permusuhan telah berkembang dan berakar dalam masyarakat, maka hakikat keimanan akan semakin merosot kadarnya dan kasih sayangpun akan sirna dengan sendirinya. Kebencian sesama umat akan menyeret mereka kepada permusuhan, dan dengan permusuhan itu akan timbul berbagai macam bencana dan malapetaka. 

Melihat kenyataan ini, setiap orang muslim diwajibkan untuk menghindari perselisihan dan permusuhan, sehingga kehancuran dan kerusakan dapat dihilangkan. Setiap diri manusia muslim harus selalu berusaha melakukan perdamaian dan mendamaikan orang-orang yang berselisih, sehingga mereka tidak terjerembab dalam kebencian dan kemurkaan.

أَلَا أُخْبِرُكُمْ، بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ، وَالْقِيَامِ؟ ، قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ، وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ  (رواه ابن حبان والترمذي)

Rasulullah SAW pernah menginformasikan kepada para sahabatnya:”Maukah aku memberitahukan padamu sesuatu yang lebih baik dari ibadah puasa, shalat dan sedekah”. Para sahabat menjawab: “Benar wahai Rasulullah, beritahukan pada kami”. Rasul menjawab: “Mendamaikan orang-orang yang bermusuhan, dan orang yang melakukan kerusakan terhadap dua orang yang berselisih adalah seorang pencukur (agama) ”. (HR. Ibnu Hibban, No: 5092, Tirmidzi, No: 2509).

Dalam keterangan selanjutnya, Rasul menjelaskan bahwa mereka yang terlibat dalam perselisihan dan permusuhan adalah bagaikan orang yang mencukur. 

هِيَ الحَالِقَةُ لَا أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعَرَ، وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ (رواه الترمذي)

“Mereka bukan mencukur rambut, tetapi mereka mencukur agama (menggundulinya) dan merusakkannya". (HR. Tirmidzi, No: 2509).

Pada setiap perselisihan, pasti terjadi diantara mereka yang saling bermusuhan, itu sifat kedzaliman, satu sama lain menjadi orang yang dzalim atau di dzalimi. Karena itu, mereka harus membuang sikap dzalim itu dan kedua belah pihak harus memperbaiki dirinya masing-masing. Apabila ada seorang diantara kita yang merasakan berbuat suatu kedzaliman, maka segeralah meninggalkan sikap yang tercela itu dan segera mohon maaf terhadp orang yang didzalimi. Jika tidak, maka kedzaliman yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan olehnya di akhirat. Dengan demikian kebaikan-kebaikan yang pernah dikerjakannya dahulu bisa menjadi habis untuk menutupi sikap kedzalimannya. Mengenai hal itu, Nabi bersabda, 

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ  (رواه البخاري) 

“Barangsiapa yang melakukan suatu kedzaliman terhadap saudaranya, baik mendzalimi kehormatannya atau apa saja, maka hendaklah ia meminta orang itu melepaskan atau menghalakannya pada hari itu juga, sebelum datang suatu masa yang tidak berfaidah lagi dinar atau dirham (hari akhir). Jika ia mempunyai amal yang baik, maka akan dicabutnya untuk menutup kedzalimannya. Jika amal baiknya telah habis, sedang kedzalimanya belum ditebus, maka ia akan menanggung keburukan-keburukan dari orang yang dianiaya olehnya”. (HR. Bukhari, No: 2449).

Kalau pada awal kajian ini Rasulullah SAW menginformasikan tentang orang baik dan terpuji, maka dalam hadisnya yang lain, beliau juga menginformasikan kepada para sahabat mengenai profil manusia yang paling buruk dan jahat, mereka yang paling buruk dan jahat itu, kata Nabi adalah mereka yang selalu menyakiti para pembantunya ataupun karyawannya dan enggan menolong orang lain. Rasul SAW. selanjutnya menjelaskan bahwa ada manusia yang paling buruk dari itu, yaitu mereka yang selalu membenci orang lain dan orang lain pun membencinya. 

Nampaknya bukan hanya sampai di situ, Rasul SAW. mengabarkan bahwa ada manusia yang lebih buruk dari itu lagi, yaitu orang yang tidak mau menolong dan tidak memaafkan kesalahan orang lain. Terakhir sekali Rasul masih memberitahukan kepada para sahabatnya mengenai orang yang paling buruk dari semua yang disebutkan di atas yaitu,

وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ (رواه الترمذي)

“Manusia yang paling buruk adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan tidak bisa dihindari kejahatannya”. (H.R. Tirmidzi, No: 2263).

Penulis merupakan salah seorang Rais Syuriah PBNU


Hikmah Terbaru