• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 28 Maret 2024

Hikmah

Konsep Persaudaraan (1): Berdasarkan Nash Al-Qur’an

Konsep Persaudaraan (1): Berdasarkan Nash Al-Qur’an
Ilustrasi (NU Online)
Ilustrasi (NU Online)

Oleh Rudi Sirojudin Abas

Ukhuwah merupakan term bahasa yang berasal dari kosa kata Arab yang merujuk pada makna persaudaraan. Dalam al-Quran Allah swt telah menyebutkan term yang merujuk pada ukhuwah sebanyak 99 kali. Dari puluhan ayat tersebut paling tidak, ada beberapa poin yang dapat kita tarik kesimpulan. Pertama,  bahwa persaudaraan itu merupakan hubungan yang diperoleh  atas dasar pertalian darah (mahram), sebagaimana dalam salah satu firman Allah swt: 

حُرِّمَتۡ عَلَيۡكُمۡ أُمَّهَٰتُكُمۡ وَبَنَاتُكُمۡ وَأَخَوَٰتُكُمۡ وَعَمَّٰتُكُمۡ وَخَٰلَٰتُكُمۡ وَبَنَاتُ ٱلۡأَخِ وَبَنَاتُ ٱلۡأُخۡتِ وَأُمَّهَٰتُكُمُ ٱلَّٰتِيٓ أَرۡضَعۡنَكُمۡ وَأَخَوَٰتُكُم مِّنَ ٱلرَّضَٰعَةِ وَأُمَّهَٰتُ نِسَآئِكُمۡ وَرَبَٰٓئِبُكُمُ ٱلَّٰتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ ٱلَّٰتِي دَخَلۡتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمۡ تَكُونُواْ دَخَلۡتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡكُمۡ وَحَللَٰٓئِلُ أَبۡنَآئِكُمُ ٱلَّذِينَ مِنۡ أَصۡلَٰبِكُمۡ وَأَن تَجۡمَعُواْ بَيۡنَ ٱلۡأُخۡتَيۡنِ إِلَّا مَا قَدۡ سَلَفَۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا٢٣

Artinya, "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S an-Nisa, 4: 23)

Kedua, persaudaraan atas dasar pertalian satu keyakinan (agama) yang dianutnya. Berkenaan dengan hal itu Allah swt berfirman dalam surat al-Hujurat 49 ayat 10:

  إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 

Artinya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat" (Q.S al-Hujurat, 49:10)

Ayat tersebut menegaskan bahwa siapa saja orangnya walaupun berbeda suku, ras, golongan, suku bangsa, maupun negara tetapi kalau memiliki satu keyakinan (agama) yang sama, maka mereka itu merupakan satu saudara.

Ketiga, persaudaraan juga dapat diperoleh dari hubungan atas satu suku bangsa, yaitu persaudaraan atas nama warga negara yang tinggal dan hidup pada satu lingkungan yang sama. Persaudaraan semacam ini dapat kita lihat dalam kisah atau sejarah yang tertuang dalam al-Quran, yaitu kisah para Nabi dan Rasul terdahulu ketika menghadapi dan bergaul dengan kaumnya masing-masing. Al-Quran dalam mengisahkan hubungan para Nabi dan Rasul terdahulu dengan kaumnya, sering menggunakan lapadz 'akhuhum' (saudara mereka) seperti pada kalimat "idz qala lahum akhuhum" (saat saudara mereka berkata kepada mereka). Narasi persaudaraan satu suku bangsa  ini dapat kita temui dari beberapa ayat al-Quran. Misalnya seperti dalam Q.S ash-Shu’ara (26) ayat 105-106. Allah swt berfirman:

كَذَّبَتۡ قَوۡمُ نُوحٍ ٱلۡمُرۡسَلِينَ١٠٥ إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ١٠٦

Artinya, "Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul. Ketika saudara mereka (Nabi Nuh) berkata kepada mereka: Mengapa kalian tidak bertakwa?" (Q.S ash-Shu’ara, 26: 105-106)

Di dalam surat yang sama, ayat 123-124 Allah juga berfirman:

كَذَّبَتۡ عَادٌ ٱلۡمُرۡسَلِينَ١٢٣ إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ هُودٌ أَلَا تَتَّقُونَ١٢٤

Artinya, "Kaum 'Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka (Nabi Hud) berkata kepada mereka: Mengapa kalian tidak bertakwa?" (Q.S ash-Shu’ara, 26:123-124)

Masih dalam surat yang sama, yaitu pada ayat 141-142, Allah berfirman:

كَذَّبَتۡ ثَمُودُ ٱلۡمُرۡسَلِينَ١٤١ إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ صَٰلِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ١٤٢ 

Artinya, "Kaum Tsamüd telah mendustakan para Rasul. Ketika saudara mereka (Nabi Shalih) berkata kepada mereka: Mengapa kalian tidak bertakwa?" (Q.S ash-Shu’ara, 26: 141-142)

Juga dalam surat yang sama, yaitu pada ayat 160-162, Allah berfirman:

كَذَّبَتۡ قَوۡمُ لُوطٍ ٱلۡمُرۡسَلِينَ١٦٠ إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ١٦١ 

Artinya, "Kaum Luth telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka (Nabi Luth) berkata kepada mereka: Mengapa kalian tidak bertakwa?" (Q.S ash-Shu’ara, 26: 160-161).

Kondisi yang tergambar dari beberapa ayat tersebut adalah ada dua representasi insan. Yang satu beriman dan yang satu berbuat ingkar/tidak beriman. Kaum yang beriman diwakili oleh para nabi dan rasul yang bersangkutan, sementara kaum yang tidak beriman diwakili oleh kaumnya. Lagi-lagi, Al-Qur’an membahasakan relasi antara kedua kaum ini sebagai akhun yang berarti saudara. Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shalih dan Nabi Luth, keempatnya diutus untuk kaum mereka masing-masing, yang sebangsa setanah air. Ini jelas menandakan bahwa Al-Qur’an mengakui eksistensi ukhuwah (persaudaraan) atas nama sebangsa dan setanah air.

Keempat, dari beberapa term persaudaraan yang telah disebutkan di atas, puncaknya adalah persaudaraan yang dibangun atas dasar satu asal insan manusia yaitu Nabi Adam. Allah berfirman dalam Q.S an-Nisa (4) ayat 1:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS an-Nisa, 4 :1)

Dari semua komponen persaudaraan yang disebutkan pada bagian pertama sampai keempat, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa hakikat persaudaraan itu tidak terlepas dari persaudaraan satu generasi. Semua ukhuwah (persaudaraan) tersebut berasal dari satu persaudaraan yang sama, yaitu persaudaraan atas nama Nabi Adam. Sedangkan Nabi Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah swt.

Kelima, ada lagi term persaudaraan yang tidak merujuk pada persaudaraan atas pertalian darah, satu keyakinan,satu suku bangsa, atau satu manusia saja. Tetapi merujuk pada sifat atau perbuatan. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S al-Isra (17) 27 yaitu

إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا.

Artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya" (al-Isra, 17:27).

Maka, manusia manapun dengan latar belakang agama, keturunan, ras, suku, golongan, maupun bangsa dan negara yang berbeda, jika melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhannya, mereka itulah saudara-saudara setan. Sedangkan setan tidak akan menyuruh manusia kecuali hanya untuk berbuat munkar saja. Sebagaimana firman Allah swt: 

إِنَّمَا يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ١٦٩

Artinya, "Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui" (Q.S al-Baqarah, 2: 169). (Bersambung)

Penulis adalah seorang peneliti, tinggal di Garut
 


Hikmah Terbaru