Hikmah KOLOM NADIRSYAH HOSEN

Kedengkian Sesama Saudara Adalah Maut

Rabu, 30 Oktober 2024 | 13:30 WIB

Kedengkian Sesama Saudara Adalah Maut

Ilustrasi: NU Online.

Qabil panas hatinya karena Habil menikahi perempuan yg lebih cantik. Nabi Adam coba meredakan bara di hati Qabil dengan memerintahkan untuk membuat persembahan kepada Allah. Habil memberikan hewan ternaknya yang terbaik. Dasar Qabil, eh dia mempersembahkan hasil pertaniannya yang kualitasnya paling rendah. Allah tentu saja hanya menerima persembahan yang terbaik.


Merasa ditolak, murkalah Qabil. Maka dia tega membunuh saudaranya sendiri. Inilah kejahatan pertama dimuka bumi, yaitu pembunuhan. Dan itu dilakukan atas dasar kedengkian sesama saudara sendiri. Tragis!


Kisah belum berakhir. Apa salahnya Yusuf? Dia terlahir dg paras ganteng melebihi saudara-saudaranya. Sang Bapak, yang merupakan seorang Nabi, sadar akan kualitas Yusuf bukan sekadar lahiriahnya ketika Yusuf kecil bercerita mimpinya: “Abahku, sebelas bintang, rembulan dan mentari tunduk bersujud di depanku”. 


Sang Nabi paham. Beliau berpesan agar jangan sampai kakak-kakaknya tahu. Kita tahu bagaimana akhirnya para kakaknya berkonspirasi membuangnya ke dalam sumur tua. Dan pula merekayasa kisah kematian Yusuf kepada bapak mereka sendiri. Sebuah kejahatan berencana yg berlapis-lapis dosanya. Sebabnya? Kedengkian akan kelebihan dan keutamaan saudaranya.


Banyak alasan dibuat-buat utk menjegal, mengkhianati atau bahkan menjerumuskan saudara sendiri. Yang tak terpikirkan bisa tega dilakukan oleh saudara kita ternyata bisa dikerjakan mereka.


Habil hanya menjawab: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam,” (QS al-Maidah:28).


Dalam kasus Yusuf, kita tahu bahwa Yusuf malah menjadi pembesar Mesir dimana mimpinya kelak menjadi kenyataan.


Qabil merasa menang. Kakak-kakak Yusuf merasa senang. Mereka lupa bahwa Allah tak bisa ditipu oleh perbuatan mereka. Dan setiap perbuatan sekecil apapun — baik atau buruk — pasti ada hisabnya di sisi Allah.


Itulah sebabnya Allah meminta kita untuk berlindung kepadaNya “min syarri hasidin idza hasad -dari kejahatan para pendengki”


Mari kita saling asih, asah dan asuh sesama saudara.


KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia