• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Bulan Gus Dur

Haul Gus Dur: Belajar Dari Kuburan

Haul Gus Dur: Belajar Dari Kuburan
(Ilustrasi Gambar: Tebuireng Online)
(Ilustrasi Gambar: Tebuireng Online)

Oleh: KH Husein Muhammad
Gus Mus, K.H. Ahmad Mustofa Bisri selalu tampil memukau, di manapun dan dalam momentum apapun. Dalam taushiyah nya pada Haul Gus Dur, di Ciganjur, 22.12.17, kemarin membuat hadirin seperti terhipnotis. Tak ada kata yang disampaikannya kecuali memukau sekaligus mencerahkan.

 

Gus Mus selain bercerita lagi tentang pengalama suka dukanya bersama Gus Dur saat di Kairo, Mesir, beliau juga berkisah tentang kegemaran Gus Dur mengunjungi kuburan, bukan hanya kuburan para wali dan ulama, namun juga kuburan orang-orang biasa. Ia tak peduli dibilang sesat, bidat, musyrik dan sejenisnya oleh mereka yang membencinya dan tak cukup mendalam pemahaman keagamaannya. Bagi Gus Dur, kata Gus Mus, mengunjungi kuburan itu mendamaikan hati. Para penghuni kuburan itu diam saja, tak suka ngomel, tak suka mencaci maki orang, tak menggunjing. "Mereka tak punya kepentingan apa-apa lagi".  (Hadirin sempat ger ger).

 

Kuburan juga mengajari manusia untuk menjadi rendah hati. Sebab semua manusia akan kembali menjadi tanah sebagaimana darinya ia diciptakan.

 

كلكم من ادم وادم من تراب

 

"Kalian semua, o, manusia, dari Adam dan Adam diciptakan dari tanah".

 

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

 

"Dari bumi (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain".

 

Berbeda dengan Iblis. Ia angkuh dan sombong. Ia merasa lebih unggul dari Adam. Iblis disebut diciptakan dari api. Dan api itu berkarakter panas dan menyala-nyala.

 

Mengunjungi kuburan juga menyadarkan akan kematian yang niscaya akan menjemput setiap yang hidup. Dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap hembusan nafasnya, setiap gerak tubuhnya dan setiap ucapannya selama hidup. Kematian itu mengajarkan bahwa apa yang dimiliki dan dicintai manusia dalam hidupnya akan ditinggalkan dan tak berharga lagi.

 

Gus Mus lalu mengatakan :

 

كفى بالموت واعظا

 

"Cukuplah kematian itu sebagai bahan renungan/pelajaran yang berharga".

 

Jika Gus Dur menjalani hidupnya dengan bersahaja, menerima apa adanya (ugahari) dan tak punya apa-apa, maka itu karena ia "belajar dari kuburan".

 

Gus Mus mengkritik orang yang bergembira dan tertawa-tawa saat Haul. Moment itu, menurut GMq seyogyanya menjadi saat "muhasabah", permenungan (koreksi) diri dan memohon ampunan untuk diri dan mereka yang telah pulang. Allah mengatakan :

 

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

 

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, berdoa: "wahai Tuhan kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".

 

Sumber: FB Husein Muhammad


Hikmah Terbaru