• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Ziarah Membawa Berkah

Ziarah Membawa Berkah
Ziarah Membawa Berkah (Foto: NUJO)
Ziarah Membawa Berkah (Foto: NUJO)

Oleh Hamzah Sahal
Ini pemandangan khas kaum santri, persisnya kaum yang suka berziarah kubur. Ada orang berfoto, ada bus, ada warung, dan yang paling penting adalah bangunan di belakang, genting berwarna hijau. Ini bangunan utama tempat ziarah, di sisi utara Masjid Jami Lasem, Rembang, Jawa Tengah.

 

Kaum santri tradisional tidak melakukan perjalanan penting yg melewati jarak dibolehkan jamak shalat, kecuali dua hal. Pertama, mengantarkan anak/kerabatnya mondok (atau saat khataman/wisuda). Kedua, berziarah. Jika beruntung secara ekonomi dan kesehatan, kaum santri akan melakukan perjalanan paling penting dalam tradisi Islam, yaitu haji dan umroh. Menengok orang sakit atau menghantarkan orang berhaji bisa masuk dalam kategori perjalanan penting juga, tapi ini tidak khas kaum santri tradisional.

 

Kenapa ziarah menjadi tradisi yang kuat?

 

Salah satu jawabannya pernah saya dengar dari seorang kiai yang pernah saya temui di kompleks pemakaman Sunan Kudus. Dia mengatakan:

 

"Ziarah paling utama itu di Madinah, makam Nabi saw. Jika kita tidak kuat ke sana, ya ziarah orang-orang yang meneruskan perjuangan Nabi, agar kita juga bisa sedikit-sedikit mengikuti tumlampah (jejak dan perilaku) beliau-beliau. Ini berkah."

 

Seketika saya teringat sebuah hadis yg maknanya berisi tidak boleh memaksakan sebuah perjalanan kecuali tiga masjid yg ada di Palestina, Mekkah, dan Madinah. Statemen seorang kiai di atas seakan-akan "merelatifkan" hadis ini. Jadinya, banyak orang memaksakan diri utk ziarah (walisongo), dengan menabung. Biasanya diorganisir komunitas-komunitas kecil beranggotakan 30-60 orang. Jumlah biaya ziarah per orang tergantung jarak dan tempat tujuan ziarah, makin jauh dan makin banyak tempatnya maka makin mahal. Kemana mereka berziarah?

 

Paling populer dan sudah berlangsung lama ya Walisongo. Terkait tema ini, bisa satu catatan sendiri, karena Walisongo sekarang ini tidak "definitif", ini juga tergantung kemampuan masing-masing. Tapi saya sedikit kasih contoh, orang Malang-Jatim yg ziarah Walisongo dengan anggaran terbatas, maka mereka tidak akan ke ziarah hingga ke Sunan Gunung Jati di Cirebon. Cirebon akan dilewati. Sebagai gantinya, agar tetap sembilan, mereka ziarah ke makam Mbah Nachrawi di Bungkung, Singosari. Mbah Nachrawi adalah salah satu penanda tangan berdirinya NU. Ziarah ke Gus Dur tentu saja tema mutakhir yg tidak boleh dilewati ihwal ziarah wali ini.

 

Banyak topik yang menarik dalam tema ziarah, termasuk bus, menarik sekali ditelisik. Bus dan awaknya ini menjadi saksi tradisi ziarah.

 

Penulis adalah  Jurnalis dan Penulis


Opini Terbaru