• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 30 Juni 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Diam adalah Kematian

Diam adalah Kematian
(Ilustrasi: NU Online).
(Ilustrasi: NU Online).

Tadi siang(22/6/2024), aku bicara dalam pertemuan Alumni Persantren Arjawinangun, HAMADA, bersamaaan dengan acara Khataman al Qur'an dan Pelepasan. Aku menyampaikan antara lain: 


Ada sejumlah problem besar yang masih menghinggapi kaum muslimin hingga hari ini, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara -negara berpenduduk mayoritas muslim. Beberapa di antaranya adalah:


Pertama, Sumber-sumber pengetahuan keagamaan kaum muslim secara mainstream sampai hari ini masih merupakan produk pemikiran/ijtihad  kaum muslim abad pertengahan dalam nuansa peradaban Arabia berikut budaya patriarkhismenya. 


Patriarkhisme adalah sebuah sistem sosial/budaya yang memberikan otoritas kepada laki-laki untuk mengatur kehidupan bersama.


Kedua, Konservatisme dan pengulang-ulangan suatu pemikiran atau pemahaman  keagamaan yang dilakukan dalam waktu yang panjang dan tanpa kritik serta ditransfer memelalui pendekatan doktrinal, pada gilirannya akan melahirkan/membuahkan keyakinan publik bahwa produk pikiran yang diwariskan itu adalah kebenaran agama/ keyakinan itu sendiri berikut seluruh makna sakralitas dan universalitasnya. 


Maka yang terjadi adalah universalisasi atas norma partikular dan kontekstual di satu sisi dan partikularisasi atas norma universal di sisi yang lain. Keadaan ini sesungguhnya berpotensi menimbulkan problem serius dalam dinamika kebudayaan dan peradaban. 


Dengan kata lain cara pandang konservatisme berbasis atas nama agama yang berlarut-larut ini berpotensi berkembang menjadi fanatisme lalu berkembang radikalisme/ekstrimisme kekerasan. 


Ketiga, Rasionalitas tidak berkembang progresif, jika tidak boleh dikatakan mengalami stagnasi/ kemandegan. Aktifitas intelektual atau penggunaan akal sehat tersebut bahkan acap distigma sebagai cara berpikir kaum liberal, sebuah istilah yang mengandung makna peyoratif. Kesesatan, penyimpangan, melampaui batas. 


Keempat, Jika kita menerima konservatisme dan anti rasio/akal, maka secara niscaya kita akan ditinggalkan zaman dan menjadi komunitas konsumen produk "liyan", bukan produsen. 


Kelima, Kita harus bergerak ke depan. Diam adalah kematian. 


Sesudah itu aku sampaikan juga tentang "Pribumisasi Islam", "Tasawuf-Falsafi", dan lain-lain. Aku melihat para peserta, almuni, berdebar-debar. 


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru