Buah Kesabaran: Hikayat Nabi Sulaiman dan Burung yang Berhenti Berkicau (Bagian I)
Kamis, 21 Januari 2021 | 13:02 WIB
Oleh Ustadz Hikmatul Luthfi
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَششِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156)
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali) (QS. al-Baqarah: 155-156)
Kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah) saat tertimpa musibah, baik musibah itu besar maupun kecil. Tentu istirja’ di sini akan berbeda dengan istirja’ dalam hal jual beli, nikah, dan lain sebagainya.
Syekh Ismail Haqqi al-Hanafi dalam tafsirnya Ruh al-Bayan mengatakan bahwa kalimah istirja’ itu memiliki beberapa faidah atau manfaat, diantaranya:
1. Terhindar dari perkataan yang tidak pantas karena tersibukkan dengan kalimah ini
2. Dapat menghibur dan mengurangi kesedihan hati orang yang tertimpa musibah
3. Memutus ketamakan setan dalam dukungannya untuk berkata yang tidak pantas
4. Bacaan kalimah itu akan diikuti orang lain tatkala mereka mendengarnya
5. Saat lisan membacanya maka hati akan menjadi ingat untuk tetap berkeyakinan baik serta berserah diri atas ketetapan dan ketentuan Allah (Tafsir Ruh al-Bayan, juz 1, h. 263)
Menurut para ulama fikih kalimah istirja’ itu meliputi dua hal, pertama adalah ucapan dengan lisan dan ini hukumnya mustahabb (sunnah), kedua adalah pengamalan dengan hati yaitu berserah diri, sabar, dan tawakkal serta sejenisnya, dan ini hukumnya wajib. (Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah, juz 3, h. 281)
Kemudian berkenaan dengan sabar, Syekh Ismail Haqqi mengemukakan bahwa andai tidak ada hikayat yang berkaitan dengan sabar maka cukuplah kiranya hikayat tentang seekor burung di masa Nabi Sulaiman.
Sebagaimana diketahui, diantara anugerah yang telah diberikan kepada Nabi Sulaiman a.s. adalah kemampuannya untuk berbicara dan mengerti bahasa burung.
Demikian disebutkan dalam al-Qur’an:
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ
“dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan Dia berkata: "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata" (QS. al-Naml: 16) (Bersambung)
Penulis adalah Nahdliyin kelahiran CIbadak, Kabupaten Sukabumi
Terpopuler
1
Lafal Niat Puasa Asyura Puasa Sunah pada 10 Muharram
2
Besok Sunah Puasa Tasua, Ini Lafal Niatnya
3
Perkuat Ukhuwah dan Semangat Dakwah di Masyarakat, GP Ansor Cigerenem Gandeng Latansa 2 Gelar Pengajian Syahriahan
4
Agar Hati Tak Mati, Inilah Doa-doa Pilihan di Hari Asyura 10 Muharram
5
Angka Kematian Jamaah Haji 2025 Capai 423 Orang, Penyakit Jantung Jadi Penyebab Utama
6
Ranting NU Teluk Pucung Bekasi Utara Fasilitasi Proses Dua Warga Masuk Islam: Ibu dan Anak Resmi Jadi Mualaf
Terkini
Lihat Semua