• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Antara Rindu dan Bingung (2); Meninggalkan Arafat Menuju Mina

Antara Rindu dan Bingung (2); Meninggalkan Arafat Menuju Mina
Antara Rindu dan Bingung (2); Meninggalkan Arafat Menuju Mina
Antara Rindu dan Bingung (2); Meninggalkan Arafat Menuju Mina

Bila wuquf di Arafat usai dan matahari tenggelam di ufuk barat, menyambut malam, jutaan jemaah haji itu bergerak meninggalkan hamparan tempat bagai Mahsyar itu dalam suasana hati yang mengharu biru dan bahagia. Mereka akan melanjutkan perjalanan spiritual nya menuju Mina, tempat kelak mereka akan melempar aqabah. Ribuan bus telah disiapkan untuk mereka. Sebagian rombongan ada yang berjalan kaki sepanjang 10 km. Mereka akan berhenti untuk beristirahat sejenak di "rest area" MuzdalifahMuzdalifah, untuk mencari kerikil. Minimal 7 butirbutir dan menunggu tengah malam lewat.


Sepanjang perjalanan itu mereka terus menggemakan Talbiyah.


لبيك اللهم لبيك. لبيك لا شريك لك لبيك. ان الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك.


"Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaik la Syarika Lak. Inna al Hamda wa al Ni'mata Laka wa Mulk. La Syarika Laka.


Suara kalimat-kalimat ini bergemuruh, bagai suara pasukan tentera yang siap berjuang, melawan musuh. Suara-suara itu memenuhi angkasa bumi Arafat dan Muzdalifah hingga Mina. Sungguh Menggetarkan.


Sebagian jemaah Haji termasuk aku berdoa dalam tangis pilu:


اللهم لا تنقضي هذا اليوم إلا وقد عفوت عنا وغفرت ذنوبنا وسترت عيوبنا ووسعت في أرزاقنا وكتبتنا من أهل الجنة».


"Ya Allah. Janganlah Kau biarkan aku pergi dari bumi Arafat ini tanpa maaf-Mu, tanpa ampunan-Mu atas dosa-dosaku, tanpa menutupi kesahanku, tanpa limpahan anugerah-Mu dan tanpa Kau putuskan aku sebagai penghuni sorga-Mu".


Lalu aku mendesah lirih :


رب زدنى فيك شوقا


"Wahai Tuhan tambahi aku rasa rindu kepada-Mu".


Seorang sufi legendaris Syeikh Husein Manshur Al-Hallaj al Maqtul berdoa lain lagi. Ia mengatakan :


رب زِدْني بفَرْطِ الحُبّ فيك تَحَيّرا


"Wahai Tuhan, karena cintaku pada-Mu yang memuncak, tambahi aku kebingungan".


Ini karena menurut dia :


من تحير فقد وصل


"Man Tahayyara fa Qad Washal",


"Siapa yang bingung, dia telah sampai".


Bagaimana bisa?. Abul Qasim al Junaid, seorang sufi besar, sumber puncak pengetahuan sufisme Ahl al Sunnah wa al Jamaah, mengatakan :


انْتَهَى عَقْلُ الْعُقَلَاءِ إلَى الْحَيْرَةِ


"Akal manusia berakhir dalam suasana "kebingungan'.".


Senada dengan Al Junaid, sufi lain Dzun al Mishri mengatakan :


غَايَةُ الْعَارِفِينَ التَّحَيُّرُ


"Puncak pengetahuan para bijak bestari (sufi dan filsuf), adalah "kebingungan".


Semoga bisa bersambung. Di bawah langit Muzdalifah. Mekah


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru