• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Garut

Refleksi Hari Raya Idul Adha, Mustasyar NU Garut Sampaikan Pentingnya Belajar Akhlak Nabi Ibrahim AS

Refleksi Hari Raya Idul Adha, Mustasyar NU Garut Sampaikan Pentingnya Belajar Akhlak Nabi Ibrahim AS
Refleksi Hari Raya Idul Adha, Mustasyar NU Garut sampaikan Pentingnya Belajar Akhlak Nabi Ibrahim AS
Refleksi Hari Raya Idul Adha, Mustasyar NU Garut sampaikan Pentingnya Belajar Akhlak Nabi Ibrahim AS

Garut, NU Jabar Online
Salah seorang Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut KH Aceng Aam Umar ‘Alam menyampaikan pentingnya belajar dari akhlak Nabi Ibrahim AS. Hal tersebut disampaikannya selepas menggelar shalat dan khutbah Idul Adha di Mesjid Pondok Pesantren Fauzan. Kamis (29/6). Menurutnya, sebagai pemimpin, ayah dan juga rasul, Nabi Ibrahim tidak menggunakan atribut tersebut sebagai hukum untuk langsung menyembelih Nabi Ismail AS sebagaimana wahyu yang diterimanya.  


Namun, ia menggunakan akhlakul karimah mengajak dialog Nabi Ismail AS dengan tutur kata yang baik dan juga penuh kasih sayang untuk mengetahui pendapat putranya terhadap wahyu yang diterima oleh ayahnya tersebut.


“Wahai putra Bapak, Bapak menerima wahyu dari Allah SWT untuk menyembelihmu, bagaimana pendapatmu atas wahyu yang Bapak terima?” ujar Aceng Aam sapaan akrabnya memperagakan percakapan Nabi Ibrahim kepada putranya Ismail As.


Begitu pula nabi Ismail AS, tambahnya, sebagai putra dan juga orang alim, ia menjawab dengan tutur kata yang sopan atas pertanyaan ayahnya akan wahyu yang harus dilaksanakan oleh ayahnya tersebut.


“Wahai bapak. Bapak diciptakan oleh Allah SWT dan saya pun demikian, laksanakanlah, insya Allah saya termasuk orang-orang yang sabar.” Jawab Nabi Ismail AS.


Karena akhlak tersebut pula, kata Sesepuh Pondok Pesantren Fauzan nabi Ibrahim merupakan satu-satunya nabi diabadikan dalam shalawat Ibrahim yang kita gunakan dalam shalat. 


Seperti halnya Aceng Aam ceritakan saat dirinya masih kecil, ia selalu diajak ke mesjid oleh ayahnya sebagai bentuk uswatun hasanah. Berbeda halnya dengan warah (nasihat).


Aceng Aam pula berpesan kepada seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Fauzan untuk menjadikan akhlakul karimah sebagai ciri khas keluarga dan santri Pondok Pesantren Fauzan. Dimana orang yang paling mulia tidak dilihat dari status jabatan, keturunan, orang tua atau anak, warna kulit dan sebagainya.


Namun ia juga menegaskan bahwa Allah memandang setiap manusia yang mulia adalah mereka yang paling bertaqwa. Terutama manusia yang memiliki akhlakul karimah dalam berbicara dan ringan tangan (dermawan).


Seperti halnya di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya putri Rasulullah SAW mencuri, maka Rasulullah sendiri yang akan memotong tangannya. Ia tegaskan bahwa jabatan dan keturunan tidak menjamin keselamatan dari kejahatan yang diperbuatnya, karena keadilan dalam hukum.


Selain itu, Aceng Aam pula berpesan untuk menghindari hubbun dunia (cinta kepada dunia), karena cikal bakal kerusakan adalah hubbun dunia. Sehingga ia tegaskan agar keluarga besar Pondok Pesantren Fauzan untuk selalu melihat keatas dalam hal keilmuan dan amal shaleh. Sedangkan dalam hal duniawi ia mengajak untuk melihat mereka yang berada dibawah kita kondisi duniawinya.


Pewarta: Muhammad Salim


Garut Terbaru