• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ekonomi

Business Agility, Seberapa Lincahkah Bisnis Kita?

Business Agility, Seberapa Lincahkah Bisnis Kita?
Kunjungan BPPOM ke AKS Gunung Wangi Ciamis.
Kunjungan BPPOM ke AKS Gunung Wangi Ciamis.

KH Irfan Soleh
Dunia yang kita hidupi saat ini ditandai dengan perubahan yang sangat cepat, tidak terduga, dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol. Istilahnya adalah VUCA world. VUCA adalah akronim dari volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity. Volatility, dunia berubah cepat, bergejolak, tidak stabil, dan tak terduga. Uncertainty, masa depan penuh dengan ketidakpastian. Complexity, dunia modern lebih kompleks lebih rumit dari sebelumnya. Dan ambiguity, lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami. Bagaimanakah cara menghadapinya? Adakah solusi untuk menghadapi dunia VUCA? 

Dwi Indra Purnomo dalam buku Let's Agile membahas solusi VUCA dengan VUCA. Volatilitas direspon dengan visi yang jelas, Uncertainty/ketidakpastian direspon dengan understanding/pemahaman. Complexity direspon dengan clarity/kejelasan, dan ambiguity direspon dengan agility/kelincahan atau ketangkasan. Agar tidak bingung, kita bahas satu saja yaitu mengenai mindset agility supaya tahu seberapa lincah kita menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Kelincahan sangat diperlukan agar kita tidak ketinggalan dan bisa beradaptasi dengan perubahan

Ada sembilan poin yang dibahas Dwi Indra mengenai agile mindset. Kita bahas lima saja pada kesempatan kali ini. Pertama, agile mindset itu menganggap individu adalah manusia dengan motivasi intrinsik yang berbeda-beda, bukan sumber daya yang memerlukan motivasi ekstrinsik. Kedua, individu menjadi baik karena mereka senantiasa berusaha dan terus belajar, bukan sekedar pintar. Ketiga, retrospektif, setelah sebuah projek selesai, siapkan wadah berdialog, cari titik-titik kesuksesan dan kegagalan. Mencari jalan perbaikan dan menyelenggarakannya. Keempat, kapan bisa improve? Dimulai dari hal-hal kecil yang dapat diperbaiki dan apa yang bisa dimulai. Kemudian yang kelima, mindset agility itu membangun produk yang benar dengan cara sering memperlihatkannya pada konsumen dan mengujinya dengan perspektif mereka. 

Kami mencoba mempraktekan kelima mindset diatas dalam mengelola unit usaha Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis yaitu Jamur Merang Ciamis. Kami terus belajar bagaimana membudidayakan jamur merang agar hasilnya optimal. Kami pun tidak berhenti konsultasi dengan peneliti LIPI (BRIN) yang fokus pada pengalengan makanan, agar pasca panen, jamur merang bisa punya nilai tambah. Dialog dengan berbagai pihak terus dijalin. Secara bertahap kami jalani prosesnya meski terkadang melelahkan. Saat ini kami masih pada tahap proses pengujian baik dari sisi kualitas rasa maupun daya tahannya. 

Sebuah bisnis dikatakan agile ketika mempunyai kemampuan merealisasikan dan mempertahankan seluruh potensinya, terlepas dari perubahan yang terjadi di lingkungan internal dan eksternalnya.

Business agility is the ability of an organization to realize and sustain its full potentials regardless of the changes happening in the external and internal environment. Sebuah bisnis yang punya ketangkasan atau kelincahan tentu tidak cukup hanya dengan mindset agility tetapi diperlukan organisasi, kepemimpian, tim, dan penyampaian produk yang agile. Setiap orang dalam organisasi perlu untuk mengembangkan budaya belajar yang terus menerus mulai dari organisasi pembelajar, budaya yang inovatif dan pengembangan juga pembaruan tanpa henti, agar bisnis kita bisa menjadi business agility

Penulis adalah Pengasuh Pesantren Roudhotul Irfan; Quranicpreneur Boarding School Ciamis
 


Ekonomi Terbaru