• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Ubudiyah

Dalil Tentang Keutamaan Mengucapkan Sayyidina

Dalil Tentang Keutamaan Mengucapkan Sayyidina
Dalil Keutamaan Tentang Mengucapkan Sayyidina. (Ilustrasi: NUO).
Dalil Keutamaan Tentang Mengucapkan Sayyidina. (Ilustrasi: NUO).

Dalam kehidupan sehari-hari, pembiasaan mengucapkan kata sayyidina selalu digunakan oleh muslim di Nusantara khususnya. Kebiasaan tersebut dilakukan baik pada saat melaksanakan shalat ataupun di luar shalat, termasuk saat nama Nabi Muhammad SAW disebutkan. Sebab, hal tersebut termasuk amalan yang utama sebagai salah satu bentuk pengagungan dan penghormatan kepada Nabi.


Dalam kitab Hasyiyah Al-Bajuri, Syekh Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri menjelaskan :


الأوْلَى ذِكْرُالسَّيِّادَةِ لِأنَّ اْلأَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَ بِ


“Yang lebih utama adalah mengucapkan sayyidina (sebelum nama Nabi SAW), karena hal yang lebih utama bersopan santun (kepada Beliau).” (Hasyisyah al-Bajuri, juz I, hal 156).


Pendapat ini didasarkan pada salah satu hadits Nabi Muhammad SAW:


عن أبي هريرةقا ل , قا ل ر سو ل الله صلي الله عليه وسلم أنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَأوَّلُ مَنْ يُنْسَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأوَّلُ شَافعٍ وأول مُشَافِعٍ


“Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Saya adalah sayyid (penghulu) anak adam pada hari kiamat. Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan syafaa’at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk membrikan syafa’at.” (Shahih Muslim, 4223).


Hadits diatas menegaskan bahwa kanjeng Nabi Muhammad SAW kelak menjadi sayyid di akhirat. Namun bukan berarti Nabi Muhammad SAW menjadi sayyid hanya pada hari kiamat saja. Bahkan beliau SAW menjadi sayyid manusia didunia dan akhirat.


Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dalam kitab Manhaj As-Salafi fi Fahmin Nushush Bainan Nazhariyyah wa at-Tathbiq, 169:


“Kata sayyidina ini tidak hanya tertentu untuk Nabi Muhammad SAW di hari kiamat saja, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang dari beberapa riwayat hadits 'saya adalah sayyidnya anak cucu adam di hari kiamat.' Tapi Nabi SAW menjadi sayyid keturunan ‘Adam di dunia dan akhirat”. 


Ini sebagai indikasi bahwa Nabi SAW membolehkan memanggil beliau dengan sayyidina. Karena memang kenyataannya begitu. Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan kita umat manusia yang harus kita hormati sepanjang masa.


Kemudian, bagaimana dengan hadits yang menjelaskan larangan mengucapkan sayyidina di dalam shalat?


لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ


“Janganlah kalian mengucapakan sayyidina kepadaku di dalam shalat”


Ungkapan tersebut memang diklaim oleh sebagian golongan sebagai hadits Nabi SAW. Sehingga mereka mengatakan bahwa menambah kata sayyidina di depan nama Nabi Muhammad SAW adalah bid’ah dhalalah, bid’ah yang tidak baik.


Akan tetapi ungkapan ini masih diragukan kebenarannya. Sebab secara gramatika bahasa Arab, susunan kata-katanya ada yang tidak singkron. Dalam bahasa Arab tidak dikatakan   سَادَ- يَسِيْدُ , akan tetapi سَادَ -يَسُوْدُ  , Sehingga tidak bisa dikatakan  لَاتُسَيِّدُوْنِي


Oleh karena itu, jika ungkapan itu disebut hadits, maka tergolong hadits maudhu’. Yakni hadits palsu, bukan sabda Nabi, karena tidak mungkin Nabi SAW keliru dalam menyusun kata-kata Arab. Konsekuensinya, hadits itu tidak bisa dijadikan dalil untuk melarang mengucapkan sayyidina dalam shalat?


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca sayyidina ketika membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW boleh-boleh saja, bahkan dianjurkan. Demikian pula ketika membaca tasyahud di dalam shalat.


KH Muhyiddin Abdusshomad Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris). 
(Artikel ini pernah dimuat NU Online tahun 2008 dan ada beberapa perubahan pada struktur kata dan Judul dari tulisan aslinya).


Ubudiyah Terbaru