• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Ngalogat

Muktamar Lampung

Turbulensi Pesawat (NU) yang Menegangkan

Turbulensi Pesawat (NU) yang Menegangkan
Ilustrasi turbulensi "Pesawat NU". Desain: Fahmi
Ilustrasi turbulensi "Pesawat NU". Desain: Fahmi

Oleh KH Ahmad Ishomuddin
Penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Raden Inten 2 sore itu terasa amat lama, tidak seperti biasanya. Sudah dua kali terdengar pilot mengumumkan bahwa pendaratan ditunda sedikitnya 10 menit, karena cuaca berawan tebal dan berangin kencang. Pesawat yang kami tumpangi berputar-putar melintasi awan-awan tebal, entah sudah berapa kali. Saya hitung waktu sudah lebih dari sepuluh menit. 
 

Wajah-wajah penumpang mengisyaratkan ketegangan. Pilot mengumumkan sekali lagi bahwa pendaratan ditunda dengan tambahan waktu sekitar 30 menit, karena Bandara Raden Inten 2 Lampung sedang diguyur hujan amat lebat. Pesawat berputar-putar lagi melintasi awan-awan tebal yang mengakibatkan guncangan hebat pada badan pesawat. 
 

Saya lihat wajah-wajah tegang penumpang semakin terlihat jelas. Saya sendiri berusaha untuk tenang dan tentu saja pasrah. Terdengar suara-suara penumpang menyebut dan memanggil nama Tuhan, mohon perlindungan, setiap kali pesawat terguncang-guncang hebat. Suasana hening, mencekam, tak terdengar suara obrolan di antara para penumpang. 
 

Masing-masing tertunduk diam memikirkan nasibnya sendiri, entah apa yang berkecamuk dalam pikiran mereka. Saya yang duduk di dekat jendela di pintu darurat dekat sayap, berulangkali melayangkan pandangan keluar. Yang nampak hanyalah awan berwarna putih tebal. Sesekali terlihat samar-samar permukaan tanah kosong dan sekumpulan rumah penduduk yang tampak kecil, tak begitu jelas. 
 

Penumpang di sampingku bertanya apakah pesawat masih berputar-putar lagi? Saya jawab "ya". Pesawat telah berputar-putar 12 kali di atas Sukadana, Lampung Timur. Terlihat kilat menyambar di antara awan-awan gelap. Tak seperti biasanya, di mana saya tenang-tenang saja setiap kali penerbangan, kali ini terlintas sedikit rasa cemas dalam hati, mendorong saya untuk berdoa dan berharap kepada-Nya, semoga kami semua mendarat dengan selamat. Untuk mengurangi ketegangan saya mulai menuliskan kejadian ini.
 

Sudah lebih dari 1 jam 30 menit Lion Air melayang-layang di udara. Padahal biasanya perjalanan hanya butuh waktu sekitar 30 menit saja sampai mendarat.  Tak lama kemudian terlihat cuaca semakin cerah. Dari atas mulai terlihat jalan tol. Dan alhamdulillah pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan mulus serta selamat. Alhamdulillah, kami semua sehat dan selamat.
 

Ketegangan turbulensi di pesawat dua tahun lalu itu kembali saya rasakan saat menyaksikan "cuaca mendung" perbedaan pendapat terkait maju-mundurnya tanggal Muktamar ke-34 NU di Lampung. Alhamdulillah, berkat pertolongan dan perlindungan Allah, akhirnya pada 7 Desember 2021, kita semua diselamatkan. Ada titik kesepakatan terkait pelaksanaan Muktamar yaitu pada 23-25 Desmber 2021. Semoga ini menjadi pertanda baik bahwa Muktamar Lampung akan landing dengan baik dan semua peserta sehat serta mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan, sebagai bekal menyongsong abad kedua NU.
 

Penulis merupakan salah seorang Rais Syuriah PBNU dan Wakil Ketua Pelaksana Muktamar NU ke-34


Editor:

Ngalogat Terbaru