• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Menghindari Penyakit Hasad

Menghindari Penyakit Hasad
Menghindari Penyakit Hasad
Menghindari Penyakit Hasad

Penyakit hasad, dengki atau iri hati merupakan penyakit rohani yang sangat membahayakan. Bahayanya penyakit seperti ini karena tidak dirasakan oleh mereka yang menderita penyakit tersebut. Penyakit yang bersifat lahiriah langsung dirasakan oleh penderitanya seperti sakit gigi, sakit di bagian kepala, sakit pada persendian dan sebagainya. Dengan demikian penderitanya cepat berobat agar segera sembuh dari penyakit tersebut.


Penyakit hasad atau iri hati pengertiannya secara sederhana adalah seseorang merasa sakit apabila ada orang lain mendapat karunia dan nikmat.


Sebaliknya ia merasa senang kalau ada orang lain tertimpa musibah. Penyakit rohani jenis ini termasuk dalam kategori al-syirk al-khafi atu syirik yang tersembunyi yang dapat menodai tauhid yang diyakini seseorang. Penyakit tersebut digolongkan al-Syirk al-Khafi, karena orang yang kejangkitan penyakit hasad itu tidak mau menerima atau menolak takdir dari Allah SWT.


Seseorang meraih sukses, atau mendapat kedudukan, bisnisnya maju, itu semua merupakan takdir dari Allah SWT. Kalau ada orang yang tidak menyukai hal itu berarti dia menolak takdir tersebut. Padahal setiap orang memperoleh bagian yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.


وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَكُمۡ خَلَٰٓئِفَ ٱلۡأَرۡضِ وَرَفَعَ بَعۡضَكُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلۡعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٞ رَّحِيمُۢ


"Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am, 06:165).


Masing-masing manusia memperoleh takdir yang berbeda dari Allah SWT, sebagian dari mereka diberikan kelebihan dari sebagian lainnya.


وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي ٱلرِّزۡقِۚ فَمَا ٱلَّذِينَ فُضِّلُواْ بِرَآدِّي رِزۡقِهِمۡ عَلَىٰ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَهُمۡ فِيهِ سَوَآءٌۚ أَفَبِنِعۡمَةِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ


"Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?. (QS. Al-Nahl, 16:71).


Segala sesuatu yang terjadi pada setiap diri seseorang adalah merupakan ketetapan dari Allah SWT. Allah Maha Mengetahui tentang kualitas setiap diri kita. Ada orang yang ditakdirkan menjadi orang kaya, dengan takdir itulah yang tepat untuknya. Ada juga orang yang ditakdirkan sebagai orang miskin, takdir itulah yang tepat baginya. Karena itu takdir lainnya seperti mendapat kedudukan yang tinggi, menjadi pemimpin, atau menjadi rakyat biasa, semua itu adalah ketetapan yang paling tepat.


Ada sekelompok orang yang ditakdirkan menjadi orang miskin, sebab kalau mereka ditakdirkan menjadi orang kaya, justru perilakunya tidak baik dan sebaliknya ada orang yang ditakdirkan menjadi orang kaya sebab kalau ia menjadi miskin perilakunya menjadi buruk. Cara yang terbaik dari kita adalah menerima ketetapan dan takdir Allah tersebut dengan tulus dan bersyukur. Dengan demikian kita akan menjadi orang yang baik dan memperoleh ketenangan serta kebahagiaan.


۞وَلَوۡ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرُۢ بَصِيرٞ


"Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (QS. Al-Shura, 42:27).


Mengenai larangan saling mendengki, saling mencari kesalahan orang lain dan saling membenci disebutkan dalam hadits berikut ini:


لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ


"Janganlah kamu saling mendengki, jangan saling mencari kesalah orang lain, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi. Janganlah kamu membeli barang yang sedang ditawar orang lain. jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, karena itu tidak boleh menganiayanya, menelantarkannya, membohonginya, menghinakannya. Takwa itu di sini, Nabi memberi isyarat ke dadanya tiga kali. Cukuplah bagi seseorang dikatakan buruk, apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap orang muslim atas muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. (HR. Muslim, 2563).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru