• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Menebalkan Diri dengan Ketabahan dan Kesabaran

Menebalkan Diri dengan Ketabahan dan Kesabaran
Menebalkan Diri dengan Ketabahan dan Kesabaran
Menebalkan Diri dengan Ketabahan dan Kesabaran

Setiap diri manusia, dalam menjalani kehidupannya tidak pernah lepas dari berbagai ujian dan cobaan. Dari kedua hal itu, akan segera diketahui sejauh mana dan sedalam apa keimanan yang ada pada diri kita.


"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?," (QS. Al-Ankabut, 29:02).


Memperhatikan kenyataan ini, maka tidak perlu berkecil hati atau berputus asa, apabila kita mendapat cobaan dan ujian dalam kehidupan. Ujian dan cobaan itu merupakan suatu tanda bahwa Allah s.w.t. mencintai kita. Mengenai cobaan dan ujian ini, kita bisa belajar dari kehidupan para nabi dan rasul yang setiap saat mendapat ujian dan cobaan yang berat.


Kalau kita menebalkan diri dengan ketabahan dan kesabaran serta berpikir secara mendalam, kita akan mendapati bahwa di balik cobaan-cobaan yang dialami terdapat hikmah dan kebaikan yang banyak yang belum dipahami.


"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,". (QS. Al-Baqarah, 02:216).


Ketabahan dan kesabaran, paling sedikit dapat dikategorikan menjadi lima bagian: (1) bersabar dalam melaksanakan ibadah, (2) sabar dalam menghadapi bencana, (3) sabar dalam menghadapi kemewahan dunia, (4) sabar dalam menghindari perbuatan yang tercela, (5) sabar dalam perjuangan dan melaksanakan berbagai usaha.


Dalam beribadah, kita harus melaksanakan segala ketentuan dari ibadah tersebut, seperti dibarengi dengan niat yang suci, ikhlas hanya karena Allah. Melaksanakan berbagai syarat dan rukunnya, baik yang wajib maupun yang sunnah, dan tidak bersikap riya’ atau memamerkan kebaikannya.


Sabar menghadapi bencana, maksudnya adalah kita menerimanya dengan ikhlas dan mengembalikan semua itu kepada takdir Allah SWT. Kemewahan dalam kehidupan dunia sangat menggiurkan dalam kehidupan setiap diri manusia. Karena itu, kita harus bersabar dan tabah dalam menghindari kemewahan tersebut.


Sabar dari maksiat maksudnya adalah kita harus berusaha maksimal untuk menghindari perbuatan maksiat tersebut dan pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran agama. Dalam perjuangan yang kita cita-citakan, selalu memerlukan ketabahan dan kesabaran. Tanpa hal itu, kita tidak mungkin meraih kesuksesan yang diharapkan. Dengan bersikap sabar itu, maka kita tidak akan angkuh ketika berhasil dalam perjuangan tesebut dan tidak berputus asa pada saat belum mencapai apa yang diharapkan.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seroang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru