• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Taushiyah

Memberi Lebih Mulia dari Menerima

Memberi Lebih Mulia dari Menerima
KH Ahmad Ishomuddin. (Foto: NU Online Jabar)
KH Ahmad Ishomuddin. (Foto: NU Online Jabar)

Oleh KH Ahmad Ishomuddin
Jika kita bisa memberikan sesuatu yang patut diterima oleh orang lain, bersyukurlah. Mampu memberikan apa yang terbaik adalah perbuatan mulia yang mengalirkan pahala. Mampu memberi sesuatu itu membahagiakan diri sendiri dan hati penerimanya. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali melenyapkan pahalanya dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti hati penerimanya.

Memberikan sesuatu yang bernilai hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berpunya, mereka yang memiliki jiwa yang dipenuhi rasa kasih sayang, dan tentu mereka yang tidak kikir alias dermawan. Sebaliknya, orang tidak punya sesuatu tidak bisa memberikannya, meskipun tidak kikir dan sangat ingin memberi.

Pada sebagian dari harta yang kita miliki ada hak orang lain yang wajib ditunaikan, baik untuk mereka yang terpaksa memintanya karena amat membutuhkan atau untuk mereka yang menahan diri dari meminta haknya karena menjaga kehormatan. Bilamana kita bisa memberikan sebagian harta kita kepada mereka, janganlah karenanya kita merasa mulia, angkuh, dan lebih terhormat dari penerima, karena yang diterimakan kepadanya adalah haknya. Sebaliknya, mereka yang berhak menerima pemberian janganlah merasa hina, rendah diri, dan putus asa, barangkali pada saatnya mereka juga akan mampu menjadi pemberi yang dermawan.

Tangan di atas (memberi) adalah perbuatan lebih mulia dibandingkan dengan tangan di bawah (menerima haknya). Namun, mengharap-harapkan apa yang ada dalam genggaman orang lain adalah perbuatan yang tercela, lebih-lebih mengemis, hidup meminta-minta, untuk tujuan memperkaya diri. Berprofesi sebagai pengemis adalah cara hidup yang lebih hina.

Amat mengherankan jika ada seseorang yang sepanjang hayatnya hidup dari meminta-minta, mengharap-harapkan pemberian, namun ia merasa lebih mulia dan merasa hidup terhormat. Tidakkah pernah terlintas dalam benaknya, bahwa sesungguhnya yang lebih mulia itu adalah mereka yang mampu memberi?

Penulis adalah Rais Syuriyah PBNU


Taushiyah Terbaru