Dialog Umar bin Khattab dengan Arab Badwi
Selasa, 30 Januari 2024 | 11:00 WIB
Penyakit yang menggerogoti umat manusia dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu penyakit jasmani yang menyerang fisik, dan penyakit rohani yang mengotori kalbu. Penyakit jasmani yang menyerang fisik seseorang selalu dirasakan pada setiap saat. Karena itu, ia terus berusaha untuk mengobatinya. Penyakit jasmani misalnya sakit ginjal, jantung, liver, dan sebagainya. Karena penyakit jasmani itu dirasakan secara langsung, sehingga penderitanya segera berobat supaya sembuh kembali.
Sebaliknya penyakit rohani yang mengotori kalbu manusia, tidak dirasakan sama sekali dan tidak disadari. Karena itu ia terus menggerogoti orang yang terkena penyakit tersebut. Penyakit rohani dapat menutup penderitanya dari cahaya petunjuk dan cahaya kebenaran. Dengan demikian, hati orang tersebut akan menjadi kotor dan berkarat. Sebaliknya bagi mereka yang dapat menghindari penyakit rohani, akan memiliki hati yang suci dan bersih dan mudah menerima petunjuk kebenaran.
Baca Juga
Setiap Manusia Ada 'Babi' dalam Dirinya
Umar bin Khattab r.a. ketika thawaf pada putaran terakhir menjumpai seorang Arab Badwi yang sedang berdoa sambil menitikkan air mata di multazam. Doa orang Badwi ini dirasakan sangat aneh oleh Umar bin Khattab. Ia berdoa; Allahumaj’alni minal qalil: Wahai Allah jadikanlah aku termasuk golongan orang yang sedikit.
Dengan suara agak keras, Umar bertanya kepadanya: "Apa maksud doamu?" Ia menjawab: "Engkau hafal mengenai hal itu, wahai Umar,".
Umar bereaksi kepadanya: Berikan jawaban kepadaku sesingkat mungkin, jangan bertele-tele. Orang itu menjawab: "Bukankah engkau selalu membaca kitab suci al-Qur’an, pada kalimat: Wa qalilan min ibadiyas syakur: Hanya sedikit saja hamba-Ku yang bersyukur," (QS Saba’: 13). Umar kemudian melanjutkan aktivitas ibadahnya, sambil menyampaikan kepada teman dialognya seraya berkata: Memang setiap orang lebih mengerti dari Umar.
Baca Juga
Cara Berdakwah
Dari dialog ini dapat diambil pelajaran bahwa ilmu itu dari siapapun datangnya harus kita terima, meskipun dari orang biasa. Karena itu jangan dilihat orangnya, tapi lihatlah perkataannya. Orang-orang yang bersyukur kepada Allah, memang sangat sedikit. Sebagian besar dari mereka, terjebak dalam penyakit rohani yang disebut kufur nikmat. Betapa banyaknya karunia dan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, sehingga tidak mungkin dapat dihitung, namun sebagian besar dari mereka tidak menyadarinya.
Sebagian besar mereka mengingkari nikmat itu dan tidak mensyukurinya. Padahal, apabila seseorang senantiasa mensyukuri karunia Allah, maka Dia akan meridhainya dan memberinya nikmat lebih banyak lagi. Sebaliknya mereka yang mengingkari nikmat itu, maka azab-Nya sangat menyakitkan.
Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
2
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
3
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
Kapolres Depok Serahkan Bibit Tanaman kepada PCNU Kota Depok
Terkini
Lihat Semua