• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Taushiyah

KH Zakky Mubarak

Bangkrut Berat

Bangkrut Berat
Bangkrut Berat (ilustrasi: freepik.com)
Bangkrut Berat (ilustrasi: freepik.com)

Ketika Rasululullah Saw. sedang duduk bersantai bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menyampaikan satu pertanyaan singkat pada mereka. Pertanyaan itu disampaikan dalam suasana kekeluargaan, sahabat yang satu dengan yang lain nampak bergaul dengan akrab. Demikian juga dengan Nabi yang amat dicintainya.
 

Nabi Saw. bertanya pada mereka:


أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ (رواه مسلم)


“Tahukah kalian, Siapakah orang yang mengalami bangkrut berat diantara kalian?” Para sahabat menjawab pertanyaan Nabi: “Mereka adalah orang yang tidak memiliki suatu harta apapun.” (HR. Muslim, No: 2581).


Para sahabat menjawab apa adanya terhadap pertanyaan Nabi, bahwa orang yang failit (bangkrut berat) adalah mereka yang tidak memiliki apa-apa, bahkan mereka yang memiliki uang karena usaha-usahanya terus-menerus rugi. Nabi selanjutnya meluruskan pendapat mereka, bahwa bangkrut yang disebutkan di atas, baru tergolong bangkrut biasa bukan bangkrut berat. Nabi menjelaskan:
 

 فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ  هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ  (رواه مسلم)


“Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya . Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicamppakkannya orang itu  ke dalam neraka.. (HR. Muslim, No: 2581).


Beberapa rombongan orang-orang yang pernah dianiaya menuntut segala perbuatan yang tercela dari penderita bangkrut itu, maka diambillah pahala orang itu untuk menutup kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya dulu ketika hidup di dunia. Demikian banyaknya kesalahan dan dosa yang ia lakukan terhadap orang lain. Sehingga balasan pahalanya habis sama sekali. Setelah balasan pahala itu habis, masih banyak berdatangan orang-orang menuntut kepadanya, akan tetapi karena kebaikan orang itu telah sirna, maka ia tidak dapat lagi menutupi kesalahan-kesalahannya.


Nasib penderita bangkrut berat itu amat celaka, orang-orang yang ia aniaya akhirnya menimpakan dosa perbuatan buruknya kepada orang itu. Dengan demikian pahala kebaikannya tidak tersisa sedikitpun, sedang keburukannya terus semakin bertumpuk, selain dosanya sendiri ditimpakan padanya juga, dosa orang lain yang pernah disakitinya dahulu. Orang itu akhirnya tercampakkan dalam kehidupan yang amat hina dan adzab yang menyakitkan di akhirat.


Hadis Nabi di atas memperingatkan kita semua agar terus melakukan self koreksi, karena sering sekali kita lalai dalam hal itu. Kita begitu mudah mengoreksi dan mencari kesalahan serta dosa orang lain, tetapi tidak pernah mencari kekurangan pada diri kita. Kita sering membanggakan demikian banyak ibadah dan amal yang kita lakukan, tanpa sadar kita juga melakukan berbagai macam dosa dan kesalahan. Manusia sering tidak menyadari, bahwa perbuatan yang dilakukannya itu seperti menyakiti orang lain, menganiaya, menipu dan menyulitkan terhadap sesamanya.


Pada hakikatnya percuma saja, kalau kita banyak beramal tetapi selalu diikuti dengan perbuatan yang tercela dan dosa. Hadis Nabi diatas memperingatkan kita agar bersikap kritis, baik aktifitas yang dilakukan orang lain maupun yang dilakukan diri kita, sehingga kita bisa memperhitungkannya dan tidak tergolong orang-orang yang bangkrut.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA., salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru