Detik-Detik Pesantren Istabroq di Palabuhanratu Terendam Banjir; Gazebo hingga Lemari Santri Hanyut Terbawa Arus Sungai Cimandiri
Sabtu, 14 Desember 2024 | 07:21 WIB

Saat bangunan dan lemari santri hanyut terbawa arus Sungai Cimandiri. (Foto: NU Online Jabar/Amus Mustaqim).
Amus Mustqim
Kontributor
Kabupaten Sukabumi, NU Online Jabar
Bencana banjir bandang yang melanda Sukabumi pada pekan lalu, tepatnya pada 4 Desember 2024, masih menyisakan duka dan cerita haru bagi santri di Pondok Pesantren Istabroq di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Bagaimana tidak, Pesantren asuhan KH Badru Tamam diterjang banjir di hari ketiga bencana. Padahal, selama dua hari setelah diguyur hujan para santri telah berupaya melakukan pengawasan.
Cerita haru ini diungkap oleh KH. Badru Tamam bagaimana detik detik meluapnya Sungai Cimandiri merendam pesantren hingga menyapu bangunan dan barang barang milik santri. Seperti gazebo, alat alat masak, kitab, lemari pakaian.
"Kita sudah berusaha antisipasi dan melakukan persiapan dengan melakukan penjagaan itu hari Senin, karena melihat curah hujan yang terus terusan dua hari dua malam," ungkapnya.
Bahkan, kata Kiai Badru Tamam, banjir yang juga membuat bangunan pondok amblas ini, sudah dilakukan pengawasan dan penjagaan sejak Selasa, 3 Desember 2024, baik oleh para santri maupun masyarakat sekitar, karena memang lokasi pesantren ada di sekitaran bantaran sungai Cimandiri.
"Jadi banjir itu bisa dikatakan banjir tahunan, tapi gak sampai meluas seperti kemarin, seumur hidup saya jadi orang sini baru pertama kali ada banjir seperti begitu, makanya kami itu benar benar panik saat itu melihat banjir seperti itu apalagi kejadian waktu siang," jelasnya.
"Selasa dini hari itu masyarakat dan santri masih jaga, Alhamdulillah jam setengah 2 malam itu air memang sudah naik, tapi tidak sampai ke teras rumah, begitu jam 2 langsung surut," kata Kiai Badru.
Saat itu juga, lanjut dia, santri dan masyarakat langsung membersihkan material lumpur yang sempat naik ke teras pondok dengan dibantu kepala desa Jayanti. Namun saat semuanya sudah selesai dan siap beristirahat, tiba tiba, pada Rabu, 4 Desember 2024, sekitar pukul 08.00 WIB pagi, sungai Cimandiri kembali meluap dan merendam area pondok.
"Pak kades pulang, saya mau tidur, anak santri pada istirahat tidur karena malamnya sudah berjaga, hujan kan terus terusan, itu benar benar gak terprediksi, gak ketahan, mulai banjir itu sekitar jam 8 pagi, mulai terlihat itu, gak ada persiapan kita, karena perasaan kita gak mungkin banjir naik air seperti itu," ungkapnya.
"Alhamdulillah ada hikmahnya, banjir terjadi besar siang hari, kalau malam mungkin banyak yang korban, pas kejadian anak anak santri hanya bisa melihat pakaian pakaian, lemari, kitab dan peralatan lainnya hanyut, sempat ada anak santri berusaha ngambil lemari yang hanyut, saya langsung tegur, yang penting nyawa dulu, alhamdulillah tidak ada korban jiwa," imbuhnya
Kiai Badru juga menyebut, ketinggian air yang meluap diluar prediksi bahkan melebihi ketinggian luapan sebelumnya, bangunan rumah yang berada dibagian bawah terendam hingga tiga meter.
"Bangunan rumah, saat terjadi banjir terendam, kurang lebih 3 meter sampai 4 meter, kalau diukur dari kali sungai Cimandiri mungkin sekitar 6 meter sampai 7 meter air naik," paparnya.
Dampaknya, setelah air mulai surut, nyaris seluruh barang barang santriawati mulai dari pakaian, kitab dan perlengkapan lainya hilang hanyut terbawa derasnya arus sungai.
"Semua hilang, kitab sehari hari yang baca sehari hari, waktu itu karena memang ada yang kita izinkan pulang sejak Senin, Selasa karena orang tuanya audah pada jemput, santri yang ada paling saat kejadian banjir ada sekitar 70 orang, dari 200 orang lebih santri yang ada," paparnya.
"Kita berterimakasih kepala desa yang langsung nengokin, bahkan menyalurkan bantuan makan sampai 300 bungkus, sebagian dibagikan juga kepada masyarakat. Alhamdulillah makanan, sembako ada masih terbatas, kalau minta secukupnya bukan bantuan namanya. Kita dari pesantren punya prinsip kalau musim musibah itu kadang kita punya perasaan yang paling repot, padahal kalau kita melihat banyak manusia yang dikasih musibah lebih parah dari kita," tuturnya.
Saat ini, pasca banjir bandang, Kiai Badru mengaku masih banyak kebutuhan yang sangat dipbutuhkan Ponpes Istabroq mulai dari kitab, alas tidur, lemari, dan lainnya. Tak hanya itu, material untuk pembangunan tembok atau tanggul untuk penahan air juga dibutuhkan, untuk mengantisipasi jika sewaktu waktu air kembali meluap.
"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, paling materi, dan bantuan alhamdulillah bantuan sudah ada ya mungkin belum maksimal. Sekarang bagaimana caranya bikin tanggul supaya diwaktu banjir lagi itu air tidak langsung nembak ke pesantren," bebernya.
"Terus maksimalnya pesntren ini direnovasi total karena sudah agak amblas 25 Cm, rumah juga ini amblas, tapi karena ini musim bencana agak malu juga, kita masih bisa dipakai, alhamdulillah masyarakat antusias saat ini untuk upaya jaga jaga bikin tanggul sementara kecil kecilan," tandasnya.
Terpopuler
1
Sambut 1 Muharram, Pagar Nusa Beji Pladen Gelar Istighotsah dan Pawai Obor
2
Bertempat di Pesantren Al-Musri Banu Mansur, Gelaran Diklatsar Banser Cianjur Diikuti Puluhan Peserta
3
Ranting NU Margajaya Gelar Lailatul Ijtima, Perkuat Khidmat Kader NU Kota Bogor
4
Model MANIS, Jawaban atas Tantangan Pendidikan Karakter Masa Kini
5
Dari Pawai Obor hingga Santunan Yatim Jadi Cara IKRIMA Meriahkan Pekan Muharram 1447 H di Griya Citayem Permai
6
PCNU Kota Bandung Konsolidasi Kader Penggerak, Perkuat Aswaja dan Optimalisasi Potensi Bangun Kemandirian Jam'iyah dan Jamaah
Terkini
Lihat Semua