Seputar Jabar

Belajar Bersama Maestro di Bandung: Merawat Kebhinekaan Lewat Teater Kolektif

Selasa, 5 Agustus 2025 | 18:50 WIB

Belajar Bersama Maestro di Bandung: Merawat Kebhinekaan Lewat Teater Kolektif

Kegiatan program Belajar Bersama Maestro (BBM) 2025 bidang seni teater bersama Iman Soleh, berlangsung di Komunitas Celah Celah Langit (CCL), Belakang Terminal Ledeng, Kota Bandung, 20 Juli-18 Agustus 2025, diikuti 10 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. (Foto: NU Online Jabar)

Bandung  NU Online Jabar
Kementerian Kebudayaan RI kembali menggelar program Belajar Bersama Maestro (BBM), yang mempertemukan generasi muda dengan maestro seni budaya Indonesia. Tahun ini, sebanyak 60 peserta dari berbagai perguruan tinggi di 31 provinsi menjalani residensi selama satu bulan, mulai 20 Juli hingga 18 Agustus 2025.

 

Peserta terbagi dalam enam bidang seni, masing-masing dibimbing langsung oleh maestro: sastra oleh Gus TF Sakai (Padang Panjang), pedalangan oleh Ki Purbo Asmoro (Solo), teater oleh Iman Soleh (Bandung), tari oleh Didik Nini Thowok (Yogyakarta), musik keroncong oleh Sundari Soekotjo (Jakarta), serta seni lukis oleh Nasirun (Yogyakarta).

 

“Belajar Bersama Maestro merupakan program prioritas Kementerian Kebudayaan untuk menghubungkan ekosistem kebudayaan dengan pendidikan. Apresiasi kami sampaikan kepada para maestro yang telah mewariskan pengalaman dan keahliannya kepada generasi muda,” ujar Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

 

Salah satu lokasi residensi berada di Komunitas Celah Celah Langit (CCL), belakang Terminal Ledeng, Jalan Setiabudi, Kota Bandung. Di sana, maestro teater Iman Soleh membimbing sepuluh peserta dari berbagai daerah, antara lain Banda Aceh, Padang, Pandeglang, Bogor, Sukabumi, Kuningan, Yogyakarta, Makassar, dan Kupang.

 

Menurut Iman Soleh, seni teater merupakan wahana terbuka yang merefleksikan karakter budaya setempat. “Pertunjukan teater adalah upaya pengungkapan ekspresi terhadap berbagai persoalan aktual masyarakat. Ia menjadi gerakan sekaligus metode sosial pemberdayaan,” jelasnya.

 

Selama residensi, peserta BBM di CCL belajar berbagai aspek seni pertunjukan, termasuk metode naskah kolektif, yakni penulisan naskah teater secara bersama-sama berdasarkan tema tertentu. Proses dimulai dari penentuan ide dasar, riset lapangan, observasi langsung, hingga perumusan narasi.

 

“Metode ini melatih peserta meningkatkan kemampuan menulis sekaligus memahami hubungan antara teks dan konteks pertunjukan,” kata Iman.

 

Saat ini, para peserta tengah mempersiapkan pementasan berjudul Bahtera, yang diangkat dari tradisi masyarakat nelayan di Nusa Tenggara Timur. Pementasan akan digelar pada 16 Agustus 2025 di Komunitas CCL.

 

Selain berproses kreatif, peserta juga mengunjungi beberapa situs sejarah di Kota Bandung.

 

Unon Saraswati, peserta dari ISI Yogyakarta, mengaku banyak mendapatkan pengalaman baru selama program berlangsung. “Kami belajar bukan hanya seni pertunjukan, tapi juga kedisiplinan, keberagaman, dan nilai-nilai kemanusiaan,” ujarnya.

 

Hal senada disampaikan Ariel Valerian dari ISBI Bandung. “Konsep kolektif teks membantu menyatukan berbagai gagasan dari latar budaya yang berbeda, sehingga bisa membentuk pementasan yang lebih kaya,” ucapnya.

 

Hasbi Witir dari Universitas Andalas menambahkan, “Saya merasa beruntung bisa bertemu langsung dengan Pak Iman Soleh. Banyak ilmu baru yang saya dapatkan, terutama pesan beliau untuk mencintai budaya sendiri.”

 

Iman Soleh berharap para peserta dapat meneruskan semangat berkesenian di daerahnya masing-masing. “Mempelajari seni budaya tidak cukup sebatas teori. Harus dihayati, dijalani, dan dikembangkan sebagai bagian dari kehidupan,” tutupnya.