Dia adalah bapak para filsuf dan para bijakbestari. Dari tangannya lahir pengetahuan filsafat. Kata-katanya bagaikan semilir angin musim semi dan menyejukkan hati yang sedang dirundung gelisah.
Nama Sokrates dalam bahasa Yunani berarti orang yang menjaga keadilan. Dia putra dari Sophroniskos. Lahir dan besar di Atena. Dia punya tiga orang anak laki-laki.
Sokrates adalah laki-laki bertubuh kekar, wajahnya tak tampan, berjenggot tebal. Kalau berjalan pelan-pelan. Jika ditanya dia menundukkan kepalanya dan menjawab dengan jawaban yang memuaskan. Makannya sedikit, sangat rajin ibadah, sering mengingat mati, banyak ibadah, tidak sering bepergian jauh, suka olahraga. Pakaiannya sederhana, bicaranya menarik dan tak ditemukan kesalahan. Sokrates mati dalam usia sekitar 100 tahun.
Sokrates adalah murid filsuf Pythagoras. Tetapi dia hanya menekuni kajian filsafat Ketuhanannya. Dia memilih menjadi zahid, asketis, seorang yang menahan diri dari urusan kenikmatan duniawi. Dia juga berseberangan dengan masyarakat Yunani yang menyembah berhala. Dia menghadapi para pemimpin atas keyakinan ini dengan argumen-argumen rasional yang sulit dibantah. Ini kemudian memicu resistensi keras dari masyarakatnya. Mereka mendesak raja untuk menghukum Sokrates. Lalu dia divonis hukuman mati dengan minum racun.
Manakala dia dituntut tradisi masyarakatnya untuk menikah sebagai cara melanjutkan keturunan, dia memilih perempuan dungu dan paling keras kepala di tengah masyarakatnya. Ini dimaksudkan agar dia bisa bersabar dan tahan banting yang dengan begitu dia akan bisa menghadapi masyarakatnya yang pada umumnya adalah bodoh.
Dia mengambil cara hidup gurunya Pythagoras yang dirumuskannya dalam kata-katanya: "Manakala aku mencari hal yang paling ditakuti manusia dalam hidup, maka aku menemukan kematian. Ketika aku menemukan mati, aku tahu bagaimana seharusnya aku menjalani hidup".
Sokrates juga mengatakan: "Bicaralah pada malam hari saat tak ada kelelawar yang berkeliaran". Kata-kata ini bermakna: "merenunglah dalam sepi tentang dirimu dan konsentrasikan pikiranmu. Jangan memikirkan hal-hal yang bersifat material".
Sokrates mengajarkan kebijakan kepada masyarakatnya di jalan-jalan, di pasar-pasar dan di tempat-tempat bermain. Metode yang digunakannya adalah tanya jawab. Manakala jawaban lawan bicaranya tak cukup memuaskan dia bertanya lagi dan seterusnya. Sokrates percaya bahwa cara yang benar untuk menemukan kebenaran umum adalah dialog kritis. Metode dialogis ini dikemudian hari dikenal dengan istilah "dialektika socratik".
Selamat membaca!
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
DPR RI Setujui Usulan Kemenag soal Tambahan Anggaran untuk BOS Madrasah dan Tunjangan Profesi Guru
2
Dikukuhkan Rais 'Aam PBNU, Inilah Susunan Struktur Idaroh Aliyah JATMAN 2025-2030
3
Ketika 14 Siswa Tak Diakui Negara: Kebijakan Tambah Rombel 50 Siswa Mengandung Bom Waktu
4
Pererat Ukhuwah, PCNU Kabupaten Bogor Gelar Istighotsah dan Silaturahmi Pendekar Pagar Nusa
5
Khutbah Jumat Singkat: Manfaatkan Sisa Umur dengan Melakukan Hal yang Bermanfaat
6
Aklamasi, Nyai Hj Minyatul Ummah Terpilih Pimpin Fatayat NU Jawa Barat 2025–2030
Terkini
Lihat Semua