• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Opini

Santri dan Kemampuan Bicara Depan Umum

Santri dan Kemampuan Bicara Depan Umum
Santri memang perlu belajar public speaking mengingat kondisi masyarakat dan permasalahannya sangat dinamis
Santri memang perlu belajar public speaking mengingat kondisi masyarakat dan permasalahannya sangat dinamis

Oleh Soni Bebek

Pondok pesantren sejak kelahirannya di Nusantara oleh para wali secara langsung mencetak agen-agen penyebaran Islam. Jadi bukan hanya sekedar thalabul ilmi mendalami agama, tetapi ada sebuah cita-cita yang jauh ke depan, yakni mencetak dai-dai yang diharapkan mampu menyebarkan pesan agama Islam yang rahmatan lil alamin.

Dari sejarahnya itu maka kemampuan dalam berkomunikasi menjadi bagian penting yang harus dipelajari selama mondok, maka jika kita perhatikan dengan saksama setidaknya para santri hafal betul mengucapkan bubuka saat dia hendak bicara, mulai dari basmallah, salam, syukur, shalawat baru masuk materi, sampai pada doa-doa penutup. Sebuah pakem yang tidak bisa dilanggar yang dilakukan secara turun temurun. 

Kemampuan bicara depan umum atau dalam bahasa asingnya adalah public speaking menjadi bagian yang tidak terpisahkan di lingkungan pendidikan pondok pesantren hal ini berkaitan dengan cita-cita mulia dalam mencetak dai-dai muda.

Hanya saja public speaking itu memerlukan kecerdasan lainnya, multidimensi yang artinya kemampuan berbicara harus dibarengi pula dengan luasnya pengetahuan seseorang maka pada saat dai-dai muda itu turun ke lapangan dia memiliki kemampuan menarik sudut pandang dari semua gejala sosial menjadi sebuah tema yang menarik dan dengan kemampuan bicara yang menarik pula.

Tidak semua bisa melakukan public speaking, atau ada juga yang menganggap hal itu biasa dan mudah-mudah saja, padahal public speaking berkaitan dengan banyak hal, semisal hal yang sering dilakukan adalah repetisi kata yang tanpa disadari sering keluar dari mulut pembicara.

Santri memang perlu belajar public speaking mengingat kondisi masyarakat dan permasalahannya sangat dinamis, belum lagi dengan hadirnya berbagai media saluran dakwah.

Bagaimana caranya membangun rasa percaya diri, bicara saat pembukaan, bahasa tubuh, ekspresi, sudut pandang, ice breaking dan masih banyak lagi.

Dengan memahami public speaking diharapkan indahnya Islam semakin tersebar, mengajak tidak menginjak bahkan mengejek, merangkul bukan memukul, bergandengan tangan bukan berbaku hantam, bahkan kalimah Allahu Akbar tidak lagi identik dengan tumpah ruahnya massa yang turun ke jalan.

Penulis adalah dosen Fikom Uninus, praktisi media, NU cultural


Opini Terbaru