• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Opini

Relasi Antara Fikir dan Dzikir

Relasi Antara Fikir dan Dzikir
Relasi antara Pikir dan Dzikir
Relasi antara Pikir dan Dzikir

Lembut tapi mengena. Adem tapi bikin kalbu ini terguncang menyimaknya. Itulah KH Hasyim Muzadi (Allah yarham). Beliau tidak perlu teriak-teriak bagai orator; atau mendadak ndalil sana-sini bagai ahli fiqh. Beliau tahu porsi dan posisinya. Itu sebabnya ceramah atau pidato beliau masuk ke hati audiens.


Salah satu kelebihan beliau adalah ngemong terhadap anak muda. Beliau mengkader para Kiai muda dengan memberi panggung atau istilahnya mau berbagi mic. Ini sederhana, tapi tidak semua orang mau melakukannya, khususnya mereka yang masih terbalut ego diri.


Pernah pada satu kesempatan di sebuah kantor PWNU, beliau sedang memberikan sambutan. Saya yang hadir terlambat, memakai celana jeans tanpa peci, memasuki ruangan dan duduk di belakang. Rupanya beliau melihat saya. Beliau berhenti memberi sambutan, memanggil saya untuk beranjak ke kursi depan, dan membuang tempo 5 menit untuk mengenalkan saya kepada hadirin, yang melongo bingung melihat siapa anak muda ini.


Beliau akhiri dengan kalimat yang bikin saya malu: “Pengetahuan anak muda yang satu ini seperti ensiklopedia. Habis acara ini tanya apa saja kepada dia”.


Saya salah tingkah dibuatnya. Tentu saja sejatinya kapasitas saya sangat pas-pasan. Saya cuma level medsos, boro-boro level ensiklopedia.


Di malam Ramadan ini menyimak kembali kutipan ceramah beliau, terasa sekali, dengan segala kelebihan dan kekurangan beliau, kami para santri NU merindukan beliau. Isi ceramah di video ini begitu menusuk. Dzikir harus menjadi komando ilmu.


Itu sebabnya para santri NU meskipun sudah doktor, profesor, legislator atau rektor, tetap tidak boleh meninggalkan dzikirnya. Menghadiri majelis dzikir, tahlilan, yasinan, ratiban, istighosah adalah cara kita semua menjaga olah pikir kita agar terus nyambung kepada Allah dan Baginda Rasul; agar kita tidak hanya bertumpu pada akal semata.


Kalau cuma pakai akal, ujungnya bakal akal-akalan. Tapi kalau dibalut hati, insya Allah akan hati-hati melangkah.


Akal memberi pertimbangan, hati jua yang memilih. Akal pergi berlayar, hati jua tempat berlabuh. Akal berpikir, hati berdzikir. Al-Fatihah untuk Kiai Hasyim Muzadi.


Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCINU Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School


Opini Terbaru