Opini KOLOM KH IMAM NAKHA'I

Femisida Jahiliyah

Ahad, 1 Desember 2024 | 11:51 WIB

Femisida Jahiliyah

Jahiliyah. (Ilustrasi: NU Online).

Pernah mengenal Femisida? Femisida adalah "pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung karena jenis kelamin atau gendernya, yang didorong superioritas, dominasi, hegemoni, agresi, maupun misogini terhadap perempuan serta rasa memiliki terhadap perempuan, ketimpangan relasi kuasa dan kepuasan sadistik".


Pantauan Komnas Perempuan sejak 2016 sampai 2021 mencatat 647 pembunuhan terhadap perempuan. Ada yang dicekik, ditusuk, dipukul, dililit, dibekap, ditombak, ditarik, dibenamkan ke air, ditendang, disiram , ditebas, dan lain lain.


Tidak semua pembunuhan terhadap perempuan masuk dalam kategori Femisida. Disebut Femisida ketika pembunuhan terhadap perempuan  terjadi karena cara pandang misogini atau kebencian, relasi kuasa, merasa superior, merasa memiliki kehidupan perempuan.


Fakta Femisida bukan hal baru. Dalam tradisi Jahiliyah pembunuhan terhadap perempuan karena perempuan dianggap aib keluarga, memalukan keluarga, menambah beban keluarga, dan kebencian terhadap perempuan, pernah terjadi. Ayat 58 surat An Nahl, ayat 17 surat Az Zuhruf, ayat 8-9 surat at Takwir, mengabadikan sejarah kelam Femisida dalam tradisi Jahiliyah ini.


Sebuah perhatian yang sangat serius dari Al Qur'an. Al Qur'an memandang bahwa Femisida adalah tradisi yang paling buruk dalam kemanusiaan. Ia bukan hanya dipertanggung jawabkan di dunia, melainkan kelak akan dipertanyakan di akhirat nanti mengapa tindakan itu dilakukan.


Di Masa Nabi Musa AS, memang pernah terjadi pembunuhan besar besaran terhadap anak anak laki laki, tetapi bukan didasarkan pada jenis kelamin dan gendernya, bukan atas dasar kebencian pada laki laki, melainkan karena faktor politik, dimana Fir'aun takut kehilangan kekuasaannya.


Negara dan umat beragama penting segera membangun kesadaran bahwa tradisi Jahilayah itu, saat ini kembali merisaukan. Membangun relasi kesetaraan dan keadilan laki laki dan perempuan menjadi agenda yang sangat sangat penting.


Wallahu A'lam


KH Imam Nakha'i, salah seorang wakil Ketua LBM PBNU