Opini KOLOM BUYA HUSEIN

Dunia Islam Hari Ini

Selasa, 14 Januari 2025 | 11:28 WIB

Dunia Islam Hari Ini

Dunia Islam. (Ilusrasi: freepik).

Dalam perjalanan pulang dari stasiun Kertosono ke Cirebon di atas kereta api Bima, aku bercakap-cakap dengan seseorang. Dia bertanya soal realitas kebudayaan Islam. 12.01.25.  Aku mencoba membuka sejarah. 


Al-Qur'an menyatakan :


يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ


Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, sungguh ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).


Kata "al Hikmah", acap dimaknai "kebijaksananaan". Ada yang mengidentikkannya dengan filsafat atau sufistik. Orangnya disebut " Al Hakim" (الحكيم), bukan الحاكم. Orangnya disebut sufi atau filosof. 


Imam al Ghazali, yang dikenal dunia muslim sebagai sang "hujjah al-Islam" (argumentator Islam) dikritik habis-habisan oleh kaum fundamentalis konservatif bahwa pikiran-pikirannya terpengaruh oleh kaum filosof awal/falasifah al qudama (filosof Yunani). 


Terhadap hal itu al- Ghazali menjawab dalam buku otobiografinya yang terkenal "Al-Munqidz min al-Dhalal":


 “Jika ucapan itu masuk akal dan didukung oleh argumen yang rasional serta tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan hadits Nabi, maka mengapa harus dibuang dan ditinggalkan". (Al-Munqidz min al-Dhalal, hlm. 45-46).


Ibnu Rusyd, filsuf, dokter dan ahli hukum, bahkan mengatakan : “Jika kita menemukan kebenaran dari mereka yang berbeda (agama) dari kita,  semestinya kita menerima dengan gembira dan menghargainya. Tetapi, jika kita menemukan kesalahan dari mereka, kita patut mengingatkan, memperingatkan dan menerima maafnya”. 


Sayang sekali pandangan dua tokoh besar tersebut untuk kurun waktu yang panjang bahkan sampai hari ini tak lagi populer. Ada kecenderungan melarang menggunakan akal /logika. Dunia muslim kemudian mengalami situasi stagnan. Intelektualisme tak berkembang lagi. Mengapa?. 


Pada suatu hari saya membaca sebuah buku, karya Dr. Abd al-Hadi abd al-Rahman, berjudul “Sulthah an-Nash Qira’ah fi Fahm al-Nash al-Dini”. Bagian ke 3 berjudul “Hudud al-Ijtihad” dikatakan : “Pintu Ijtihad telah tertutup secara resmi sejak adanya dekrit keputusan Khalifah al-Musta’shim Billah (w.1258 M), khalifah terakhir Dinasti Abbasiah di Bagdad.


Dunia Islam tak lagi menghasilkan intelektual, pemikir, filsuf atau ilmuwan dan sejenisnya yang kelas dunia yang inovatif, seperti masa lalu : the golden age. 622-1258 m. Mereka kini menjadi konsumen produk "liyan". Ini konsekuensi yang harus diterima.