• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

KOLOM BUYA HUSEIN

Demokrasi dalam Krisis

Demokrasi dalam Krisis
Demokrasi dalam Krisis
Demokrasi dalam Krisis

Realitas berbangsa dan bernegara yang dibangun berdasarkan sistem politik/pemerintahan dewasa ini telah memicu kritik keras terhadap konsep demokrasi. Dr Amin Muzakkir menulis: "Demokrasi kita tidak mati, tetapi berada dalam keadaan krisis mendalam/serius."


Sebagian masyarakat lalu terpicu atau terprovokasi untuk kemudian menuntut kembali pada sistem politik lain yang pernah berjalan di muka bumi di Barat maupun di Timur : ialah sistem Politik/Pemerintahan Dinasti. Khilafah. Kerajaan. Imperium, Kekuasaan otoritarian. Mereka menganggap sistem Demokrasi telah gagal mensejahterakan masyarakat.


Terbaik


Terlepas kondisi politik hari ini aku selalu mengingat pernyataan penuh Gus Dur pada suatu saat : "Tidak ada konsep dan sistem politik terbaik dan ideal di bumi manusia manapun untuk menyelenggarakan/mengatur suatu pemerintahan. Demokrasi juga bukanlah yang terbaik dan tidak tanpa kekurangan. Namun, ia adalah sistem yang terbaik dari konsep dan sistem terburuk yang ada".


Para pemikir muslim menyebutnya sebagai sistem Syura/musyawarah untuk mufakat. Bangsa Indonesia , telah merumuskannya dalam sila ke empat Dasar Negara : Pancasila. "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Perwakilan".


Al-Qur'an mengatakan :


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya".


Tetapi esensi dari konsep relasi antar manusia dan hidup bersama adalah mempraktikkan keadilan. Al Qur'an mengatakan:


یٰۤاَیُّهَا الَّذِیْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوّٰمِیْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءَلِلّٰهِ وَلَوْعَلٰۤی اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَیْنِ وَالْاَقْرَبِیْنَ ۚاِنْ یَّكُنْ غَنِیًّا اَوْ فَقِیْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰی بِهِمَا ۫ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰۤی اَنْ تَعْدِلُوْا ۚوَاِنْ تَلْوٗۤا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَاتَعْمَلُوْنَ خَبِیْرًا


Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.


Dan sangatlah menarik peringatan Nabi ini :


أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا وَفِي حَدِيثِ ابْنِ رُمْحٍ إِنَّمَا هَلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ


"Wahai sekalian manusia, demi Allah. Telah hancur berantakan bangsa-bangsa sebelum kalian. Ini terjadi ketika orang-orang terhormat mencuri (korupsi) mereka (penguasa) membiarkan/membebaskan mereka (tidak menghukum), sementara jika orang-orang yang rendahan mencuri mereka menegakkan hukuman pidana. Demi Allah, andaikata Fatimah anak perempuan Muhammad mencuri (korupsi) pasti aku sendiri yang akan memotong tangannya (mempidana mereka)".


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Opini Terbaru