• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Memikirkan Isi atau Makna, Bukan Siapa

Memikirkan Isi atau Makna, Bukan Siapa
Memikirkan Isi atau Makna, Bukan Siapa
Memikirkan Isi atau Makna, Bukan Siapa

Manakala aku menyampaikan suatu narasi, pernyataan atau cerita, baik dalam obrolan atau aku tulis di medsos, sering di antara teman yang mendengar atau membaca, bertanya: siapa yang mengatakannya? Dari mana itu? Ada juga yang bertanya: agamanya apa ya? Belakangan: partainya apa? (Sekarang mungkin akan ada yang bertanya : cepresnya siapa. he he he).


Nah, aku bertanya dalam hati; Bagaimanakah jika kita memikirkan atau merenungkan isi pernyataan atau cerita itu, terlepas dari siapa atau dari mana. Jika ia baik dan benar diambil dan jika tidak, tak usah diambil.


Aku ingat kata-kata bijak sahabat Nabi sekaligus menantu beliau Ali bin Abi Thalib yang sangat populer:


انظر الی ما قال ولا تنظر الی من قال


Dalam redaksi lain:


انظر الى ما قيل ولا تنظر الى من قال


Artinya: "Perhatikan dan pikirkanlah apa yang dikatakan orang. Dan jangan melihat siapa yang mengatakannya".


Imam al Sakhawi (w. 1497 M), seorang sejarawan besar, dan ulama dibidang hadis, tafsir dan sastra, menulis kata-kata Nabi :


خُذِ الْحِكْمَةَ وَلَا يَضُرُّكَ مِنْ أَيِّ وِعَاءٍ خَرَجَتْ .( الحافظ السخاوي في المقاصد الحسنة ).


“Ambillah hikmah (kebijaksanaan, ilmu yang baik) , tak akan merugikanmu, darimana pun ia datangnya”. (Al-Sakhawi dalam “al-Maqashid al-Hasanah”).


Seorang filsuf muslim Al Kindi


ينبغى لنا ان لا نستحيى , من استحسان الحق واقتناء الحق من اين اتى وإن أتى من الاجناس القاصية عنا والامم المباينة لنا. (الكندى)


“Seyogyanya kita tidak merasa malu menerima suatu kebenaran dan menjaganya dari manapun ia berasal, meski dari bangsa-bangsa yang jauh dan berbeda dari kita”. (Al Kindi).


Ibnu Rusyd, filosof, hakim agung dan ahli fiqh terkemuka juga mengatakan :


فما كان موافقا للحق قبلناه منهم وسررنا به وشكرناهم عليه


“(Jika kita) menemukan ada sesuatu yang benar dari mereka (yang berbeda dari kita), kita (sepatutnya) menerima dengan gembira dan menghargainya.


Betapa menarik dan indahnya firman Allah ini :


وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى ... [المائدة: ٨]. ومن العدل فيهم قبول ما عندهم من الحق.


"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah orang-orang selalu menegakkan kebenaran dengan hati yang tulus, dan menjadi saksi yang adil (jujur). Janganlah kebencianmu terhadap suatu kelompok manusia, membuat kalian tidak berlaku adil (jujur). Bertindaklah dengan adil, karena itu mengantarkan mu lebih dekat kepada taqwa. Bertaqwalah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian perbuat,".


Di antara bentuk keadilan terhadap mereka adalah menerima kebenaran mereka (yang kamu benci itu) .


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru