• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 6 Mei 2024

Opini

Bolehkah Mubaligh Memasang Tarif?

Bolehkah Mubaligh Memasang Tarif?
KH A Ruhyat Hasby saat berceramah di sebuah acara Maulid Nabi (Foto: Mahdi N Ahmad).
KH A Ruhyat Hasby saat berceramah di sebuah acara Maulid Nabi (Foto: Mahdi N Ahmad).

Oleh: KH A Ruhyat Hasby
Selamat kepada para mubaligh yang kini sudah banyak menerima pesanan dari panitia PHBI untuk mengisi ceramah pada peringatan maulid Nabi SAW, sejalan dengan melandainya Covid-19 di negara kita. PPKM yang satu tahun setengah lalu diplesetkan menjadi Penghasilan Para Kyai Menurun, kini berubah menjadi PPKML, Penghasilan Para Kyai Menaik Lagi.

Saya sampaikan sedikit nasehat untuk para mubaligh di mana saja berada, diamalin ya syukur, dinyinyirin juga mangga.

Pertama, jangan mau terima DP (Duit Persekot) karena kita ini mubaligh, bukan artis organ tunggal. Lebih baik kalau kita panjang umur, sehat dan tidak ada halangan apapun dalam hidup. Sebab kalau Allah menghendaki hal lain sehingga kita tidak bisa memenuhi undangan panitia, itu akan jadi utang.

Kedua, jangan pernah memasang tarif. Berapa pun isi amplop yang diberikan panitia, hakikatnya adalah rejeki dari Allah. Kalau ada panitia yang menanyakan, 

"Pak Ustad, berapa transportnnya?" 
Jawab saja, "Berapapun akan saya terima."

Panitia akan bertanya lagi, "Yaa tapi biasanya dikasih berapa sama yang lain?"
Sebaiknya dijawab, "Bapak tidak perlu tahu saya dikasih berapa sama orang lain. Sebab kalau saya sebutkan, ya sama saja dengan memasang tarif juga." 

Percayalah, jika ingin berkah, jalankan nasehat saya ini. Kecuali jika anda ingin mengejar kekayaan dengan cara menjual sebagian dari ayat Allah, ya silakan saja. Nanti Anda rasakan sendiri,hidup akan jauh dari keberkahan.

Ingatlah firman Allah: 

ولا تشتروا بأٰياتي ثمنا قليلا

Imam Hasan Basri menafsirkan ثمنا قليلا dengan الدنيا بحذافيرها dunia dan segala isinya, termasuk isi amplop tentunya.

Ketiga, bekali diri kita dengan ilmu yang benar dan bersanad. Jangan sampai ceramah tidak ada isinya karena terlalu banyak humor dan nyanyi. Ingat kita ini mubaligh, da'i, atau penceramah, bukan pelawak atau penyanyi. Lawakan dan nyanyian hanya bumbu saja biar pendengar tidak ngantuk dan jenuh.

Keempat, sampaikan ceramah dengan bahasa yang santun, sopan dan beradab. Jangan menggunakan bahasa yang kasar. Jangan mencaci maki orang atau kelompok lain. Apalagi dengan ujaran kebencian. Ingat kita ini berceramah, bukan mau menghasut orang lain. Dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul. Ingat sabda Nabi SAW 

يسروا ولا تعسروا بشروا ولا تنفروا (متفق عليه)

Kelima, penceramah zaman sekarang sudah menjadi salah satu profesi, maka menurut saya, hasil dari isi amplop yang kita terima wajib dizakati 2,5 % sesuai aturan fiqih. 

والله يهدينا الى سبيل الحق

Penulis adalah Pengasuh Pesantren Attarbiyah Karawang


Opini Terbaru