• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Opini

Aktualisasi Kitab Kuning (Turats): Sebuah Makna dan Manifestasi dalam Sejarah dan Masa Kini (1)

Aktualisasi Kitab Kuning (Turats): Sebuah Makna dan Manifestasi dalam Sejarah dan Masa Kini (1)
Ibnu Muzakky, Khadimul ulama wal ilmi di Mahad Aly Al Hikamus Salafiyah. (Foto: NUJO/Arif)
Ibnu Muzakky, Khadimul ulama wal ilmi di Mahad Aly Al Hikamus Salafiyah. (Foto: NUJO/Arif)

Kitab kuning: Interpretasi Makna dan Paradigma
Sebuah istilah yang lazim dipakai dalam sebuah komunitas ilmiah maka untuk mencari artinya selayaknya kita kembalikan pada apa yang menjadi kesepakatan dalam komunitas tersebut, seperti dalam pembahasan ini kita akan mendeskripsikan kitab kuning/turats  yang secara bahasa kata turats berasal dari kata و- ر- ث yang bentuk fleksi maknanya adalah wirâts, namun terjadi penggantian huruf (ibdâl) di dalamnya maka menjadi turats, yang berarti peninggalan berupa harta pada sepeninggalnya. Dalam tataran konseptual peradaban dengan merujuk pada beberapa pendapat pakar kitab kuning/turats bisa kita artikan sebagai harta peninggalan berbentuk pemikiran yang tertuang dalam manuskrip-manuskrip umat terdahulu.

 

Secara umum, keberadaan kitab-kitab ini sesungguhnya merupakan hasil karya ilmiah para ulama di masa lalu. Salah satunya adalah kitab fiqih, yang merupakan hasil kodifikasi dan istimbath hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun dari sisi jenis dan materi yang termuat di dalam kitab kuning sangat beragam. Mulai dari masalah akidah, tata bahasa Arab (nahwu shorof), ilmu tafsir, ilmu hadits, imu ushul fiqih, ilmu fiqih, ilmu sastra bahkan sampai cerita dan hikayat yang tercampur dengan dongeng. 

 

Keragaman materi kitab kuning sesungguhnya sama dengan keragaman buku-buku terbitan modern sekarang. Tidak ada modernitas tanpa orisinalitas. Modernitas yang lepas dari nilai dan norma masa lalu berarti melepas identitas sendiri dan menukarnya dengan identitas yang lain. Hassan hanafi menuturkan Turâts merupakan sarana dan modernitas merupakan tujuan. 

 

Turâts dapat dijadikan alat bantu untuk mencari solusi alternatif terhadap berbagai probematika yang sedang dihadapi umat Islam. Turâts dapat ikut andil menghapus segala sesuatu yang dapat menghambat kemajuan. Turâts tidak memiliki arti berharga jika dibiarkan mati dalam sejarah, namun ia akan hidup dan dapat menjadi spirit pembaharuan jika  disikapi secara kritis. Dengan demikian, ia dapat menjadi sarana untuk merubah manusia sebagai subyek pembaharuan .

 

Lebih dari itu, Turâts selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi sosial politik tertentu dan pada waktu tertentu. Turâts tumbuh sebagai kelanjutan terhadap turâts sebelumnya. Turâts merupakan ekspresi pemikiran dalam kurun waktu tertentu. Tidak ada turâts yang keluar dari lingkup sosial dan sejarah Turâts bukanlah hadiah yang turun dari langit, namun ia berjalan seiring dengan perjalanan sejarah dan terbentuk dalam ruang lingkup sejarah. Turâts menuliskan berbagai peristiwa dalam realitas sosial kemasyarakatan.

 

Turâts sendiri dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu turâts secara materi dan turâts non materi. Turâts materi berupa peninggalan masa lalu, seperti kitab dan manuskrip yang terdapat di berbagai perpustakaan Islam yang tersebar di seluruh dunia. Turâts seperti ini belakangan mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pemikir Islam kontemporer . Banyak upaya untuk mengadakan revitalisasi turâts Islam dengan mencetak ulang buku peninggalan masa lalu tersebut, baik dilakukan tahqîq terlebih dahulu atau tidak. 

 

Revitalisasi kitab turâts juga nampak dalam berbagai seminar yang selalu mengangkat pemikiran dan wacana turâts klasik Islam, pengiriman delegasi ke berbagai perpustakaan internasional untuk kembali mengumpulkan turâts klasik untuk kemudian diadakan kajian dan disebarluaskan dalam berbagai jurnal keislaman. Sedangkan turats jenis yang kedua merupakan turats yang dipahami sebagai gambaran sejarah masa lalu yang lekat dalam sosio-kultural penulisnya.

 

Ustadz Ibnu Muzakky, Khadimul ulama wal ilmi di Mahad Aly Al Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin


Opini Terbaru