• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

63 Tahun PMII Mengabdi: Siapkah PMII dalam Menghadapi Pergulatan Kepemimpinan Nasional 2024?

63 Tahun PMII Mengabdi: Siapkah PMII dalam Menghadapi Pergulatan Kepemimpinan Nasional 2024?
Hasnu Ibrahim, Wakil Sekretaris Jenderal PB PMII Bidang Politik, Hukum dan HAM Periode 2021-2024. (Foto: NU Online Jabar)
Hasnu Ibrahim, Wakil Sekretaris Jenderal PB PMII Bidang Politik, Hukum dan HAM Periode 2021-2024. (Foto: NU Online Jabar)

Oleh Hasnu Ibrahim
The historical organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan di Indonesia mencatat, pada tanggal 17 April tahun 1960 di Surabaya, Jawa Timur lahirlah organisasi kemahasiswaan yang bercorak keislaman dengan berideologikan Pancasila dan berpaham Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah. Organisasi tersebut kemudian menjelma menjadi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang selanjutnya disingkat PMII.


Tepat 17 April, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia berulang tahun yang ke-63 tahun. PMII sebagai organisasi kader dan organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia saat ini, tentunya sudah banyak melahirkan kader-kader terbaik yang berkontribusi secara positif terhadap perbaikan ummat dan perbaikan bangsa Indonesia. Sejak didirikan, PMII senantiasa memiliki semangat yang kuat untuk mengoptimalkan pengabdiannya terhadap agama, bangsa dan negara. PMII menjadi garda terdepan dalam kemajuan dan perbaikan bangsa adalah narasi final dalam memori kader dan alumninya.

 

Merefleksikan sejarah pergerakan dan pergulatan PMII dalam kancah nasional dan lokal, kiranya setiap kader memiliki catatan-catatan khusus yang penting untuk disuarakan, apalagi dalam rangka bulan pergerakan; doa, ikhtiar dan harapan-harapan besar wajib untuk dipanjatkan.

 

Sebagai kader yang senantiasa bergulat dengan ide dan membaca realitas perpolitikan nasional dan local, kami mencoba merefleksikan perjalanan PMII ke 63 tahun ini dengan menghadirkan satu pertanyaan penting melalui sekelumit catatan riangan ini yang kiranya agar dijawab oleh setiap Insan Pergerakan di seluruh pelosok Nusantara. 63 Tahun PMII Mengabdi: Siapkah PMII dalam Menghadapi Pergulatan Kepemimpinan Nasional 2024?

 

Menurut kami, momentum peringatan Harlah PMII ke 63 tahun ini, tentu secara kelembagaan baik struktur maupun sistem yang dibangun oleh PMII harus berpusat pada bagaimana mengorkestrasi di semua  sektor pengabdian seperti politisi, perguruan tinggi (dosen), birokrasi, penyelenggara pemilu, pengusaha atau pembisnis, dan profesi penting lainnya.

 

Di era revolusi industry seperti sekarang ini, manusia dan kontestasi adalah sesuatu yang sulit dihindari, tapi harus dijawab dan PMII siap mengisi didalamnya. PMII penting kemudian melakukan orkestrasi kelembagaan dan serta bersinergi (kolaborasi) dengan semua pihak dalam membangunan tatanan kehidupan kerakyataan yang inklusif. Sehingga, PMII diharapkan akan mencapai lompatan-lompatan besar yang bukan saja menjawab tantangan zaman akan tetapi bergerak melampauhi zaman dalam menyambut Indonesia Emas 2045 dan PMII Emas 2060.

 

Sebagai organisasi yang berpijak terhadap multi value seperti; kemahasiswaan, keislaman, keindonesian, kemasyarakatan, kebangsaan, dan independensi maka PMII sejak dulu hingga saat ini tetap memposisikan diri sebagai kelompok strategis yang menghubungkan kepentingan rakyat akar rumput dengan pengambil kebijakan publik (elit politik/elit kekuasaan). 

 

Sehingga ujung dari pergerakan PMII harus bermuara terhadap memperjuangan cita-cita luhur kemerdekaan bangsa Indonesia, serta berjuang dalam membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu keterbelakangan, ketimpangan sosial yang makin melebar, kemiskinan ekstream, gizi buruk, stunting, membangun Indonesia dari pinggiran, akses dan pemerataan pembangunan, kebutuhan bahan pokok yang kian sulit, krisis pangan, krisis iklim dan sejumlah problematika kenegaraan lainnya yang begitu kompleks. Sejumlah konsen isu tersebut rupanya belum dikerjakan secara optimal oleh rezim yang berkuasa saat ini. 

 

Sekarang PMII harus merefleksikan diri dan mempertegas diri terhadap keberpihakan perjuangan. Kita semua tahu bahwa PMII dalam bergerak dan bertindak adalah semata-mata untuk kepentingan kaum mustad’afin. Dalam frasa yang lebih luas, maka basis perjuangan PMII adalah berjuang untuk mereka yang selalu dilemahkan, mereka yang selalu ditindas, mereka yang selalu dikalahlam, dan mereka yang tengah memperjuangkan hak-haknya baik hak hidup, hak sosial dan hak politik, hak public dan hak ekonomi.

 

Kami teringat dengan sejumlah diskursus warung kopi terkait; PMII, Demokrasi dan Kepemimpinan Nasional. Diskursus tersebut harus ditarik ke arah yang lebih serius menurut kami. Maka dari itu, kedepan PMII wajib memformulasikan ulang cita-cita perjuangan serta merumuskan ulang strategi dan taktik gerakan. 

 

Membaca realitas politik Indonesia, public banyak disuguhkan dengan pendekatan popularitas yang didekor oleh sejumlah lembaga survey dalam merebut simpati public. Di lain sisi, the rulling elit Indonesia, rupanya sangat sulit untuk menghindari dari politik pragmatis yang sering dibandari oleh para oligark yang paska electoral (Pemilu) mengeruk hak public. 

 

PMII sebagai organisasi kemahasiswaan (kritis dan produktif) bertanggungjawab dalam mengkampanyekan Pendidikan politik kritis yang membebaskan. Artinya, PMII bertanggungjawab atas mengkampanyekan Pemimpinan Nasional dan Lokal yang membawa narasi dan visi/misi besar yang membawa perahu kebangsaan Indonesia lima tahunan yang menghadirkan politik inklusif. 

 

Sahabat sekalian, yang dapat mengalahkan kepemimpinan popularitas hanyalah kepemimpinan rakyat. Kepemimpinan rakyat adalah kepemimpinan yang lahir dari dunia aktifis kemahasiswaan, sebab, kita semua berjuangan bersama rakyat dan mencium keringat rakyat. Penting kami ingatkan bahwa, ada satu kondisi kebangsaan dan sebentar lagi seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote akan menghadapi momentum kerakyataan berupa pemilihan umum (Pemilu). 

 

Kondisi ini mendesak, penting kemudian, keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia satu barisan dan satu cita guna mengambil peran di dunia politik kenegaraan sebagai wasilah perjuangan agar nilai-nilai Islam Aswaja beriringan dengan Pancasila sebagai dasar negara.

 

Sebagai kader dari pelosok Indonesia Timur, Flores Nusa Tengggara Timur (NTT), kami menyakini betul bahwa jika Alumni PMII sebagai warga NU ikut memimpin negara, maka Ideologi Pancasila akan semakin kuat, begitu juga Islam Moderat akan menjadi sabuk yang merekatkan nilai-nilai kebangsaan di Indonesia yang pluralisme. 

 

Menjawab cita-cita mulia kenegaraan tersebut, penting kemudian untuk meningkatkan resonansi warga pergerakan di dunia politik dan kemasyarakatan agar memiliki kekuatan dalam “hegemoni” dan konstelasi nasional yang penutuh kompetitif. Seperti pesan Almarhum Gus Dur, yang paling penting dari politik adalah kemanusiaan, PMII sejatinya memperjuangkan politik kemanusian, politik keadilan, politik kesetaraan dan politik kesejahteraan.

 

Kami berkeyakinan kuat bahwa Alumni PMII sudah pantas untuk mengambil bagian pada percaturan dan konstestasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia di tahun 2024 mendatang. Pun demikian dengan Pemilihan Kepala Daerah Serentak di tahun 2024 nanti. 

 

Untuk mewujudkan ihtiar kebangsaan dan kenegaraan tersebut, perlu adanya desain bersama untuk langkah maju ke depan. Kita semua tahu dan sadar bahwa  perjuangan tidak berjalan efektif jika kita tidak menggunakan sarana politik (parpol/peserta pemilu) untuk menjadi pemimpin nasional dan pemimpin daerah yang bermuara terhadap pengambil kebijakan penting di negeri ini. 

 

Artinya, PMII bukan saja menjadi penggerak bangsa melainkan PMII harus memimpin nusantara, demikian ikhtiar keorganisasian dan kebangsaan sebagai tema besar hari lahir PMII ke 63 tahun.

 

Tercatat dalam benak kami bahwa, pada peringatan harlah PMII ke 62 tahun lalu, PB PMII menawarkan tema nasional yakni “Transformasi Organisasi, Merawat Peradaban. Ketua Majelis Nasional PB PMII, Sahabat A. Muhaimin Iskandar dalam Pidato Pergerakan di Museum Nasional, Jakarta Pusat pada puncak peringatan harlah tersebut yang disaksikan oleh Wakil Presiden Indonesia K.H. Ma’ruf Amin menegaskan, tema hari jadi PMII ini sangat relevan, tema ini penting untuk didorong secara serius menjadi “Transformasi Kebangsaan, Merawat Peradaban”. 

 

Kami berkesimpulan bahwa tema tersebut bukan saja nilai-nilai perjuangan PMIII yang akan dikonversi menjadi acuan bernegara, melainkan PMII harus bertransformasi menjadi pemimpinan nasional, agar setiap ide-ide perbaikan dapat dieksekusi secara sempurna sebagai basis utama peta jalan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. 

 

Selama ini kita cenderung terlena dengan pendekatan politik figure, dengan demikian perdebatan internal PMII selalu melangkah mundur. Padahal, jika kader pergerakan Se-Nusantara sependapat, maka disana kita menemukan sejumlah potret kader terbaik pergerakan yang sangat pantas dan layak dalam mengisi kepemimpinan nasional. 

 

Sejumlah potret kader PMII yang kami maksudkan seperti Sahabat Abdul Muhaimin Iskandar Ketua Umum PB PMII 1994-1997/Ketua Majelis Nasional PB PMII 2021-2024/Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sahabat Ali Maskur Musa Ketua Umum PB PMII periode 1991-1994/Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, Sahabat Nusron Wahid Ketua Umum PB PMII 2000-2003, Wakil Ketua Umum PBNU/Birokrat dan Politikus Indonesia, Sahabati Khofifah Indar Parawansa Ketua Kopri PB PMII 1988-1991/Gubernur Jawa Timur, Sahabat Khotibul Umam Wiranu, Sahabati Chusnunia Chalim Alumni PMII/Pemimpin Perempuan dan Politikus Indonesia sekaligus Wakil Gubernur Lampung, dan Sahabat Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama RI.

 

Menurut kami, siapa pun kader PMII yang sudah menduduki kursi pemerintahan dan memiliki kewenangan dalam mengambil kebijakan maka harus bertujuan untuk kemajuan negara dan kemaslahatan Nahdliyin dan umat Islam.

 

Meminjam ungkapan Sahabat Ali Maskur Musa, sesungguhnya ketahanan nasional dan kepemimpinan nasional yang kuat  harus ditopang oleh dua sayap yang kuat; sayap pertama kebangsaan dan sayap kedua Islam Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah. Sehingga Nasionalis dan Religius menyatu demi kepentingan bangsa dan negara. Selamat Hari Lahir Pergerakanku yang ke-63 Tahun. Saatnya, kita semua sepakat bahwa “Penggerak Bangsa, Memimpin Nusantara”.

 

Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal PB PMII Bidang Politik, Hukum dan HAM Periode 2021-2024


Opini Terbaru