• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Pandemi dan Bencana Alam: Ujian atau Azab?

Pandemi dan Bencana Alam: Ujian atau Azab?
Pandemi dan Bencana Alam: Ujian atau Azab? (Ilustrasi/NUJO)
Pandemi dan Bencana Alam: Ujian atau Azab? (Ilustrasi/NUJO)

Oleh Muhammad Azkal Fuadi

Sebagaimana telah lazim diketahui dan kita rasakan bersama, dalam kurun waktu kurang lebih satu setengah tahun ini dunia sedang dilanda pandemi virus Corona yang sampai saat ini belum kunjung usai. Virus yang diketahui pertama kali muncul di Wuhan, China tersebut hingga penghujung tahun 2021 ini telah merenggut banyak jiwa di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tercatat lebih dari seratus ribu jiwa warga Indonesia menjadi korban keganasan virus Corona tersebut.

 

Ibarat pepatah "Sudah jatuh tertimpa tangga", belum usai penderitaan akibat pandemi, masyarakat di sebagian wilayah Indonesia juga harus dihadapkan dengan berbagai bencana alam yang silih berganti terjadi. Beberapa di antara bencana besar yang terjadi juga turut merenggut banyak jiwa yang harus menjadi korban. Belum lagi kerugian yang harus dirasakan dalam bentuk materi. Menurut data BNPB Republik Indonesia, hingga akhir tahun 2021 ini sudah tercatat lebih dari dua ribu peristiwa bencana alam yang melanda negeri kita tercinta.

 

Secara ilmu pengetahuan alam, bencana yang terjadi memang sudah menjadi bagian dari dinamika keberlangsungan alam semesta yang saling beriringan dengan kehidupan manusia sebagai penghuni yang ada di dalamnya. Lalu bagaimanakah penjelasan bencana alam dan juga pandemi yang terjadi menurut pandangan agama Islam? Apakah itu semua merupakan bentuk ujian dan cobaan, atau justru bentuk azab dan siksa bagi manusia di dunia?

 

Sebelumnya perlu untuk diketahui bahwa kategori ujian dan azab tersebut masing-masing menimpa dua kategori atau kelompok yang berbeda: orang-orang saleh dan orang-orang yang bermaksiat. Bencana alam dan termasuk juga pandemi adakalanya merupakan ujian, dan dapat pula merupakan azab yang disegerakan di dunia.

 

Ketika sebuah musibah terjadi menimpa orang-orang saleh yang senantiasa taat kepada Allah SWT maka itu adalah sebuah bentuk ujian yang apabila dihadapi dengan sabar dan ridho dapat meninggikan derajat mereka dan melipatgandakan pahala, serta menjadi penggugur dosa. Seperti halnya yang terjadi kepada para nabi dan rasul, para waliyullah, para ulama, dan orang-orang saleh lainnya.

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ)   

 

Artinya: “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui musibah yang besar pula. Apabila Allah ta’ala mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah meridhainya. Dan barangsiapa yang tidak ridha maka Allah murka kepadanya (HR at-Tirmidzi).

 

Adapun bencana dan musibah yang dikategorikan sebagai azab atau siksa adalah yang terjadi kepada orang-orang yang selalu berbuat maksiat dan melanggar perintah Allah SWT.

 

Sebagaimana firman Allah SWT:

 

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (الشورى: ٣٠)   

 

Artinya: “Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan dosa kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan - kesalahan kalian)” (QS: Asy-Syura: 30).

 

Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan dan hikmah bahwa bencana dan musibah termasuk pandemi, dapat dikategorikan sebagai ujian atau cobaan bagi orang-orang yang beramal saleh dan senantiasa taat kepada Allah SWT. Namun tidak menutup kemungkinan merupakan azab atau siksa bagi orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat karena melalaikan perintah dan larangan Allah SWT.

 

Namun tak kalah penting adalah agar bagaimana kita tidak mudah mengatakan sebuah bencana sebagai ujian ataupun azab yang menimpa seseorang atau suatu kaum, karena sejatinya hanya Allah yang tahu akan hal itu. 

 

Penting juga bagi kita untuk bisa ridho dan bersabar atas setiap apa yang menimpa diri kita, dan juga senantiasa melaksanakan sekaligus menyeru kepada kebaikan (amar ma'ruf) serta juga mejauhi dan mencegah kemungkaran (nahi munkar), tentunya dengan memperhatikan koridor amar ma'ruf nahi munkar yang sesuai dengan wajah Islam sebagai rahmatan lil 'alamin atau menjadi rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam. Wallahu A'lam.

 

Penulis adalah santri di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok, sekaligus mahasiswa di Program Studi Arab FIB UI.


Opini Terbaru