• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Opini

Era Kebangkitan Turki Utsmani dan Kejayaan Islam Global

Era Kebangkitan Turki Utsmani dan Kejayaan Islam Global
KH Imam Jazuli memakai kopeah hitam bersama dengan alumni Pesantren Bina Insan Mulia yang sedang belajar di Turki
KH Imam Jazuli memakai kopeah hitam bersama dengan alumni Pesantren Bina Insan Mulia yang sedang belajar di Turki

Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc. MA.


Bosphorus Terrace Restaurant tempat saya dan santri alumni Pesantren Bina Insan Mulia makan-makan bukan tanpa alasan. Tempat ini sangat dekat dengan banyak situs bersejarah Turki Utsmani. Harbiye Askeri Müze ve Kültür Sitesi Komutanlığı berada sangat dengan dengan restoran kami. Hanya butuh 3 menit atau 1,1 km untuk sampai tujuan.


Melalui jalan Taşkışla Cd., lalu menikung ke arah jalan Mim Kemal Öke Cd., terus menikung ke kiri maka kita akan sampai ke Harbiye Military Museum and Cultural Site Command, Halaskargazi, Vali Konağı Cd. No:2, 34367 Şişli/İstanbul, Turki. 


Mengapa begitu penting membahas Harbiye Askeri Müze ve Kültür Sitesi Komutanlığı ini, tidak lain karena museum militer dan kebudayaan tersebut menyangkut sejarah kebangkitan Turki Usmani. Museum militer dan kebudayaan ini didedikasikan untuk mengenang seribu tahun sejarah kemiliteran Turki. 


Dalam konteks museum militer di dunia, Museum Militer Istanbul ini adalah nomor pertama. Publik dapat berkunjung sebagai wisatawan kecuali hari liburnya Senin dan Selasa. Kata Harbiye merupakan derivasi dari bahasa Arab (Harb; Perang). 


Dengan begitu, Distrik Harbiye tempat Harbiye Askeri Müze ve Kültür Sitesi Komutanlığı pada mulanya adalah lokasi akademi militer Turki Utsmani, dan sampai sekarang Harbiye masih merupakan tempat instalasi militer yang penting.


Kebangkitan Turki Usmani bisa ditelusuri sampai pada putra mahkota Murad II, yaitu Mehmed Sang Penakluk (1432-1481). Ia berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei 1453. Tumbangnya Konstantinopel berarti akhir sejarah Kekaisaran Bizantium.


Terkait kebijakan agama, Mehmed mengizinkan Gereja Kristen Ortodoks tetap memiliki otoritas dan tanah mereka sebagai bentuk tukar guling dengan penerimaan mereka atas otoritas Turki Usmani. Mayoritas kaum Kristen Ortodoks ini menerima kekuasaan Turki Utsmani (Norman Stone, in. Marck Erickson dan Ljubica Erickson, Russia War, Peace and Diplomacy, 2005:94). 


Turki Utsmani pada gilirannya tidak saja menaklukkan negeri orang-orang non-muslim, melainkan juga mengembangkan kekuasaannya ke wilayah kerajaan muslim lainnya. Misalnya, Sultan Salim I (1470-1520) yang dikenal sabagai Salim Yang Tegas berhasil menaklukkan Kerajaan Safavi Iran yang dipimpin oleh Shah Ismail melalui Perang Chaldiran tahun 1514. 


Sultan Salim I juga menaklukkan Mesir yang dikuasai Kesultanan Mamluk yang dipimpin Al-Asyraf Tuman Bay II melalui Perang Ridaniya tahun 1517, dan membangun kekuatan angkatan laut untuk menguasai Laut Merah (Samir Gharib, The Soul of Old Cairo, 2000: 6). 


Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel sebagai Ibukota Kekaisaran Romawi Timur (pecahan Bizantium), Iran, dan Mesir, maka Turki Utsmani memiliki musuh barunya, yaitu Kekaisaran Portugis (Andrew C. Hess, The Ottoman Conquest of Egypt (1517) and the Beginning of the Sixteenth-Century World War, 1973: 55–76).


Mengapa Turki Utsmani harus menghadapi Kekaisaran Portugis? Sebab, Kekaisaran Portugis sudah berhasil mengontrol Samudera India berkat keberhasilan pelayanan Vasco da Gama (1460-1524). Bahkan, Goa yang merupakan pantai barat India jatuh ke Portugis tahun 1510.  


Kekuasaan Portugis di Samudera India merasa terancam oleh Kekuasaan Turki Utsmani di Laut Merah, apalagi kota-kota di Semenanjung Arabia seperti Hijaz dan Tihamah dan India bergabung ke Turki Usmani. Artinya, sejak Turki Utsmani berkuasa di Laut Merah sejak itulah Kekaisaran Portugis merasa terganggu. Permusuhan pun muncul.


Salim I melobi Penguasa Gujarat, Muzaffar Shah II, untuk bekerjasama mengusir Portugis dari Goa. Salim I gagal melancarkan serangan ke Portugis, karena ia meninggal tahun 1520. Putra Salim yang bernama Sulaiman I melanjutkan misi ayahnya, dengan menunjuk Selman Rei untuk mempertahankan wilayah pesisir Turki Usmani dan melawan serangan Portugis.


Alasan lain konflik Turki Utsmani versus Kekaisaran Portugis adalah masalah ekonomi. Sejak abad 15, rute perdagangan dari Eropa Timur Jauh melalui Laut Merah dan Mesir. Sejak Afrika diubah menjadi jalur perdagangan baru, maka pemasukan Turki Usmani menurun. 


Di sisi lain, kekuatan angkatan laut Turki Usmani berpusat di Laut Mediterania dan mustahil memindahkannya ke Laut Merah. Karenanya Turki Usmani membangun pelayaran di Sues yang disebut Armada India. Di samping ada ajakan kerjasama dari India sendiri untuk melakukan ekspedisi ke Samudera India (Yaşar Yücel dan Ali Sevim, Türkiye Tarihi II, 1990).


Sejak perseteruan dengan Kekaisaran Portugis ini berlangsung, Turki Usmani mengalami kemenangan dan kekalahan silih berganti. Bahadur Shah, putra Muzaffar II, yang berkoalisi dengan Turki Utsmani mati dalam pertempuran dengan Portugis tahun 1538. Sedangkan putra Bahadur Shah berganti afiliasi ke Portugis.


Tahun 1540, Portugis menyerang bandar-bandar milik Turki Utsmani, seperti Suakin dan Qoseir. Tetapi, ketika mencapai Suez, Partogis giliran mendapatkan pukulan telak. Tahun 1542, Portugis membantu kekaisaran Kristinai di Etiopia. Melalui Perang Bacente, Portugis menang. Turki Utsmani kalah telak dengan banyak prajuritnya yang mati.


Piri Reis menaklukkan Aden (1548) dan Dom Alavaro de Castro menaklukkan Sultan al-Kathiri di kota Xael (1548). Namun, Turki Usmani juga berhasil menguasai bandara Qatif yang dikuasai oleh bawahan Portugis, Raja Hormuz, tahun 1551. Bahkan, Turki Utsmani juga memberikan bantuan kepada Kesultanan Aceh, Sumatera, tahun 1569, walaupun bukan bantuan militer.


Walaupun Turki Utsmani banyak menelan kekalahan saat melakukan pertemuan berbasis angkatan laut, Turki Usmani di bawah kepemimpinan Sulaiman Yang Agung (1520-1566) berhasil menaklukkan pertempuran darat, seperti Kerajaan Hungaria (1521), Moldova, Wallachia, Transylvania menjadi bagian dari kota-kota Turki Usmani (1532). 


Walaupun bermusuhan dengan Portugis, Turki Usmani bersahabat dengan Kekaisaran Perancis, atas dasar yang sama, yaitu memusuhi Habsburg, Austria. Perancis berhasil menaklukkan Nice (1543) dan Corsica (1553) atas bantuan Sultan Sulaiman, di bawah komandan perang Hayreddin Barbarossa dan Dragut (Colin Imber, The Ottoman Empire, 1300–1650: The Structure of Power, 2002: 53). Di era Sultan Sulaiman inilah, Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya. 


Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.


Opini Terbaru