Opini

Selat Bosporus Turki, Kenangan Indah yang Membawa pada Kejayaan Masa Silam

Kamis, 19 Januari 2023 | 11:00 WIB

Selat Bosporus Turki, Kenangan Indah yang Membawa pada Kejayaan Masa Silam

KH. Imam Jazuli, bersama dengan rombongan di restoran Hotel Legacy Ottoman Empire, Turki


Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc. MA.


Hari itu sangat indah, breakfast di Restaurant Hotel Legacy Ottoman lantai 6 di tepi Selat Bosporus, Turki. Dari sana, pemandangan bisa menyapu separuh kota, pepohonan yang rindang, air Selat Bospourus yang tenang, sembari menikmati musik dari Resto.


Selain itu, jarak Legacy Ottoman Restaurant ke Istana Dolmabahçe sangat dekat, tidak lebih dari 3 km, atau 15 menit perjalanan. Istana Dolmabahçe ini dulunya dipakai sebagai pusat administrasi utama Kekaisaran Ottoman dari tahun 1856 sampai 1887. Pendiri Istana Dolmabahçe adalah Sultan ke-31, Abdul Majid I, yang dibangun mulai 1843 dan selesai 1856.


Namun, yang paling monumental terkait Selat Bosporus ini adalah peristiwa bersejarah tujuh (7) abad yang silam. Selat Bosporus yang kini tampak tenang dulunya dihantam oleh gelombang berdarah. Pasukan Turki Usmani berjuang sepenuh tenaga untuk menaklukkan Konstantinopel, namun berakhir dengan kegagalan.


Selat Bosphorus memang mengingatkan penulis pada Sejarah Turki Usmani (Ottoman). Kekaisaran Turki Usmani ini bermulai dari para Bey di Anatolia (Anatolian Beyliks). Salah satu Bey yang hidup di Britinia, mantan kota provinsi Kekaisaran Romawi, bernama Usman I (w. 1324 M.). Nama Turki Usmani diambil dari Usman I ini.


Sebelum Selat Bosphorus ini menjadi saksi mata kekalahan pasukan Usman I di hadapan Kekaisaran Konstantinopel, sudah banyak negeri yang takluk patuh pada Turki Usmani. Misalnya, wilayah Bizantium di sepanjang Sungai Sakarya jatuh ke tangan penguasa Turki Usmani pada tahun 1302.


Keruntuhan Kekaisaran Bizantium tidak lepas dari Perang Sipil di internal, terlebih pasca kematian Andronikos III, sehingga membuka peluang bagi Stefan Dusan dari Serbia untuk menaklukkan Bizantium dan mendirikan Kekaisaran Serbia tahun 1346 (John van Antwerp Fine, The Late Medieval Balkans: A Critical Survey from the Late Twelfth Century to the Ottoman Conquest, 1994: 286).


Kebangkitan Turki Usmani pun tidak bisa dihalau semenjak semakin lemahnya Bizantium. Penulis tidak cukup waktu untuk berkunjung ke Sakarya River, yang terletak di desa Sarıyar, Kota Nallıhan, Provinsi Ankara.


Sungai Sakarya ini menjadi saksi mata kejatuhan Bizantium pertama kali ke Turki Usmani. Namun begitu, jarak Sakarya River ke Bosphorus Terrace Restaurant tempat penulis makan sekitar 318 km atau 4 jam lebih perjalanan darat.


Setelah mampu menunjukkan ke Dunia bahwa Kekaisaran Turki Usmani mampu menaklukkan Bizantium, putra Usman I yang bernama Orhan Ghazi berkeinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan sampai ke negeri Balkan. Hari ini, Balkan meliputi negara Bulgaria dan Serbia.


Orhan Ghazi berhasil (1323-1362) menaklukkan kota Bursa (1326). Setelah Turki Usmani berhasil menaklukkan Thessaloniki (1387) dan Kosovo (1389), jalan memasuki wilayah Eropa semakin lebar. Setelah mencopa menaklukkan Eropa, Turki Usmani kalah ke Konstantinopel.


Kekalahan Turki Usmani berikutnya terjadi saat meletus Pertempuran Ankara pada tahun 1402. Turki Usmani mendapatkan gempuran dari keturunan Turki-Mongol. Pertempuran ini dimenangkan oleh pihak Mongol, yang dipimpin oleh Timur Gurkhani, pendiri Dinasti Timurid. 


Dari tahun 1402-1413, Kekaisaran Turki Usmani dilanda Perang Saudara. atau disebut juga Fetret Devri (Masa Pealihan Usmani). Perang Sipil ini terjadi karena Timur Gurkhani menunjuk Mehemed Celebi sebagai Sultan Turki Usmani. Dengan begitu, Dinasti Timurid memiliki jaringan ke Turki Usmani melalui Mehmed Celebi.


Sementara saudara-saudaranya yang lain seperti Isa Celebi, Musa Celebi, Suleyman Celebi, dan Mustafa Celebih menolak otoritas Mehmed Celebi, sebagai kaki tangan Timur Gurkhani (John van Antwerp Fine, 1994: 499.).


Kebangkitan pertama Turki Usmani terjadi ketika Mehmed Celebi atau disebut Mehmed I berhasil meraih kekuasaan, sedangkan saudara-saudaranya mengalami kekecewaan.


Mehmed Celebi pun melakukan restorasi kekuatan internal pemerintahan Turki Usmani. Mehmed Celebi memiliki hubungan intim dengan Timur Gurkhani.


Mehmed Celebi ini memiliki putra yang tak kalah hebat darinya, yaitu Murad II. Pemimpin Turki Usmani yang baru ini berhasil melakukan restorasi wilayah-wilayah yang pernah lepas sebelumnya, seperti Thessaloniki, Macedonia, dan Kosovo, antara tahun 1430 sampai 1450 (Gábor Ágoston dan Bruce Alan Masters, Encyclopedia of the Ottoman Empire, 2009: 363).


Sultan Murad II ini tidak saja mengembalikan wilayah Balkan yang hilang, tetapi juga mampu menghalau kekuatan Tentara Salib. Kekuatan Murad II sangatlah besar, sampai berhasil menaklukkan pasukang gabungan Tentara Salib yang berasal dari Hungaria, Polandia, dan Wallachia.


Walaupun pasukan gabungan ini kalah telak pada pertemuan pertama di Varna, Bulgaria, mereka kembali melakukan perlawanan pada tahun 1448, melalui perang di Kosovo. Lagi-lagi Murad II ini memukul mundur Tentara Salib tersebut (Mesut Uyar dan Edward J. Erickson, A Military History of the Ottomans: From Osman to Atatürk, 2009: 29).


Sejak kemenangan demi kemenangan diraih oleh Murad II, Kekaisaran Turki Usmani semakin kukuh menancapkan kekuasaannya di muka bumi. Tidak kalah kuat dari Murad II, putranya yang bernama Mehmed al-Fatih (the Conquerror) menandai perkembangan pertama eksistensi Turki Usmani. Sejak Mehmed al-Fatih ini menaklukkan Konstantinopel, gempar lagi dunia Barat maupun Islam.
 

Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.