Tujuan Syariat adalah Kebijaksanaan
Sabtu, 7 Oktober 2023 | 08:00 WIB
Al Qur'an menyebut dirinya sebagai kitab yang bijaksana. Dalam Surat Yasin ayat kedua, Allah bersumpah "Yasin"- wahai Muhammad, wal Qur'nil Hakiim- demi Al Qur'an yang bijaksana. Surat Yunus ayat pertama dan juga surat Ali Imran ayat 58, menegaskan hal yang sama. Allah seringkali juga menghadirkan sifat Al -hakiim nya. Ini berarti antara yang berfirman dan firmanya se jiwa, se visi dan se nafas yaitu mewujudkan kebijaksanaan.
Ulama Besar Ibnul Qayyim Al Jauzi menegaskan bahwa "basis" dan bangunan utama syariat adalah kebijaksanaan. Tidak ada makna apapun syariat yang tidak berpijak dan berdiri di atas bangunan kebijaksanaan.
Baca Juga
Tanggung Jawab Ahli Fikih-Ulama
فَإِن الشَّرِيعَة مبناها وأساسها على الحكم ومصالح الْعباد، فِي المعاش والمعاد، وَهِي عدل كلهَا، وَرَحْمَة كلهَا، ومصالح كلهَا، وَحِكْمَة كلهَا، فَكل مَسْأَلَة خرجت عَن الْعدْل إِلَى الْجور، وَعَن الرَّحْمَة إِلَى ضدها، وَعَن الْمصلحَة إِلَى الْمفْسدَة، وَعَن الْحِكْمَة إِلَى الْعَبَث فليستْ من الشَّرِيعَة، وإنْ أُدخلتْ فِيهَا بالتأويل،
...Sesungguhnya syariah itu bangunan dan basis nya di atas kebijaksanaan dan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Syari'ah adalah keadilan, kasih sayang, kemaslahatan dan kebijaksanaan itu sendiri. Setiap masalah yang keluar dari ke empat hal itu pasti bukanlah bagian dari syari'ah, sekalipun dimasuk masukkan melalui tafsir.
Kebijaksanaan atau Hikmah dalam bahasa arab, adalah inti syari'ah. Bagaimana mencapai kebijaksanaa itu? Setidaknya ada tiga pilar untuk mencapai hikmah. Pertama Ilmu (pengetahuan) yang memadai, kedua Al Hilmu (kesabaran tingkat tinggi) dan Al Anatu (tidak ceroboh dan grusa-grusu).
Penguasaan ilmu menjadi prasyarat utama memasuki hikmah. Seorang yang hanya faham satu madzhab (apalagi satu qaul ulama saja), apalagi hanya sebagian imam dalam madzhab itu, apa lagi hanya sebagian kitab dalam madzhab itu, dipastikan jauh dari menemukan hikmah. Hikmah mungkin terwujud jika kita menguasai seluruh madzhab, sehingga ketika memberi jawaban atas berbagai persoalan ia memiliki pilihan yang cukup.
Ilmu tidak cukup , ia butuh Al Hilmu, butuh akhlak, butuh moral etika. Ilmu tanpa ahlak, etika moral, menjadikan ilmu tidak banyak gunanya, bahkan ilmu tanpa ahlak dan moral etika berpotensi melahirkan kedhaliman dan kejahatan.
Keduanya juga perlu didukung oleh ketenangan, tidak buru-buru, tidak ceroboh. Sikap tenang dan tidak gegabah di dalam memutuskan segala persoalan akan mengantarkan pada kecermatan.
Ilmu, etika dan kecermatan insyaallah bisa mengantarkan pada kebijaksanaan sebagai inti dari syari'ah.
KH Imam Nakha'i, salah seorang Wakil Ketua LBM PBNU (Dikutip dari Facebook resmi miliknya)
Terpopuler
1
Saat Kata Menjadi Senjata: Renungan Komunikasi atas Ucapan Gus Miftah
2
Susunan Kepanitiaan Kongres JATMAN 2024: Ali Masykur Musa Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana
3
Kerja Sama NU dan ATR/BPN Percepat Sertifikasi Tanah Wakaf di Jawa Barat
4
Sungai Cikaso Meluap Akibat Tingginya Intensitas Hujan, Ratusan Rumah Terendam hingga Sejumlah Kendaraan Terbawa Arus
5
Khutbah Jumat: Cemas Amal Ibadah Tidak Diterima
6
NU Depok Peduli Kembali Bergerak, Siapkan Bantuan untuk Korban Bencana Alam
Terkini
Lihat Semua