Mengenal Kitab Al-Hikam: Pesan-Pesan Kebahagiaan, Nasihat dan Hikmah
Sabtu, 11 Februari 2023 | 15:00 WIB
Pesantren salaf merupakan pesantren yang meyediakan sistem pendidikan non formal dengan tradisi dan cirikhasnya mengkaji kajian kitab kuning sebagai materi pembelajarannya. Kitab-kitab kuning yang sering di kaji di pesantren diantaranya kitab-kitab fiqh, ushul fiqh, tasawuf, tafsir, tauhid, nahwu, balagah dan lain sebagainya yang dikarang oleh para ulama-ulama besar abad terdahulu. Ā
Tidak hanya di pesantren-pesantren salaf, kini kitab-kitab klasik juga di kaji di pesantren-pesantren modern, juga pada kajian-kajian seperti seminar dan webinar hal tersebut tidak hanya sebagai upaya untuk melestarikan juga sebagai bukti kitab tersebut masih relevan untuk di kaji dengan kondisi zaman saat ini.
Kitab Al-Hikam ini termasuk kategori kitab tasawuf yang ditulis oleh seorang ulama besar dan guru sufi bernama Syaikh Ahmad ibn Muhammad ibn Athaāillah as-Sakandari. Ibnu Athaāillah adalah tokoh penting dalam Thariqah Syadziliyah, yang dalam tradisi NU, thariqah ini termasuk salah satu dari Thariqah Muātabarah an-Nahdliyah. Apresiasi NU terhadap Ibnu Athaāillah dan kitabnya al-Hikam, bahkan menurut Abdurrahman Wahid (Gus Dur), telah mengispirasi lahirnya nama Nahdlatul Ulama.
Kitab ini sangat populer di kalangan umat Islam, karena selain dipelajari di hampir seluruh pesantren salaf di Nusantara, kata-kata mutiara dalam kitab ini juga seringkali disampaikan para dai dalam berbagai majlis taklim dan pengajian, baik di desa maupun di kota. Setidaknya terdapat puluhan karya yang berusaha menjelaskan dan mengomentari isi kitab Al-Hikam yang sarat akan nasihat dan hikmah di dalamnya.Ā
Berbeda dengan karya-karyanya yang lain seperti Lathaif al-Minan, Miftah al-Falah, dan Taj al-āArus. Kitab ini dikarang oleh Ibnu Athaillah secara sederhana dan tidak mencantumkan rujukan berupa dukungan ayat, hadits dan berbagai argumentasi lainnya. Lebih dari itu, kitab ini sepertinya ditulis sebagai refleksi atas pengalaman spiritualitas penulisnya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kitab ini juga ditulis sebagai bahan motivasi hidup para pembacanya.Ā
Berikut sekilas mengenai kitab Al-Hikam
Menghidupkan kepekaan hati
Ł
ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŲ§Ł
ŁŲ§ŲŖŁ Ł
ŁŁŁŲŖŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŲØŁ Ų¹ŁŲÆŁŁ
Ł Ų§ŁŁŲŁŲ²ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ł
ŁŲ§ ŁŁŲ§ŲŖŁŁŁ Ł
ŁŁŁ Ų§ŁŁŁ
ŁŁŁŲ§ŁŁŁŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŲŖŁŲ±ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲÆŁŁ
Ł Ų¹ŁŁŁŁ Ł
ŁŲ§ ŁŁŲ¹ŁŁŁŲŖŁŁŁ Ł
ŁŁŁ ŁŁŲ¬ŁŁŁŲÆŁ Ų§ŁŲ²ŁŁŁŁŁŲ§ŲŖŁ
āDi antara tanda matinya hati ialah tidak adanya rasa sedih atas hilangnya kesempatan untuk taat kepada Allah dan tidak adanya penyesalan atas perbuatan (lalai dan maksiat) yang telah anda lakukanā¦ā
Apa hubungannya antara matinya hati dengan bahagia? Untuk bisa berbahagia seseorang perlu merasakan kesedihan di awalnya. Ibarat ingin mendapatkan gelar juara, seseorang harus berusaha menyisihkan kempetitornya. Mereka yang di awal sudah berleha-leha adalah pecundang sebenarnya.
Ibnu Athaillah semacam ingin memberikan peringatan kepada orang yang huhuhaha selalu berbahagia dan menganggap tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya. Padahal semakin hari ada saja disrupsi dalam setiap sisi hidupnya, sementara orang semacam ini mengentengkannya. Bisa saja ini pertanda kematian hatinya. Justru mereka yang sering menangis, simpati dan empati serta mudah tersentuh dengan keadaan sekitarnya adalah tergolong yang hidup hatinya. Orang inilah yang berhak berbahagia atas masa depannya.
Bukan berarti kita harus selalu pesimis dan menangis begitu saja. Kepada mereka yang banyak melakukan perbuatan dosa, Ibnu Athaillah menghibur agar tetap berbesar hati menjalaninya. Jangan terjebak dalam keadaan dan hanya bersedih diri saja. Seolah Ibnu Athaillah selalu menyemangati āMove on dan mohonlah ampunan kepada-Nyaā. Dalam sebuah penggalan doa dipanjatkan:
Ų§ŁŁŁŁŁŁŁŁ
ŁŁ Ł
ŁŲŗŁŁŁŲ±ŁŲŖŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ³ŁŲ¹Ł Ł
ŁŁŁ Ų°ŁŁŁŁŁŲØŁŁŁŲ§ ŁŁŲ§ŁŲ±ŁŁŲ¬ŁŲ§ Ų¹ŁŁŁŲÆŁŁŁŲ§
āYa Allah, sungguh ampunan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kita, dan Kami hanya bisa berharap sajaā
Balaā sebagai Bentuk Perhatian Allah Swt
Diturunkannya azab, bencana dan segala bentuk musibah tidak selalu kepada orang-orang yang berbuat dosa saja, melainkan menyeluruh ke semua orang yang telah dikehendaki-Nya. Misal corona atau HIV/AIDS lah sebagai contohnya. Tidak semua korbannya adalah para pelaku dosa, sehingga tidak ada alasan harus bersedih ketika diterpanya. Ibnu Athaillah berkata:
ŁŁŁŁŲ®ŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁ
Ł Ų§ŁŁŲØŁŁŁŲ§Ų”Ł Ų¹ŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ
ŁŁŁ ŲØŁŲ£ŁŁŁŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŲŁŲ§ŁŁŁŁ ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁ
ŁŲØŁŁŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁŲ°ŁŁŁ ŁŁŲ§Ų¬ŁŁŁŲŖŁŁŁ Ł
ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ£ŁŁŁŲÆŁŲ§Ų±Ł ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŲÆŁŁŁ ŲŁŲ³ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ§ŁŲ®ŁŲŖŁŁŁŲ§Ų±Ł
āPedihnya ujian bisa diringankan dengan pengetahuanmu bahwa Allah Swt. lah yang menurunkannya. Yang mendatangkan ujian-takdir kepadamu adalah Dia yang juga bisa menganugerahkan pilihan-pilihan terbaik buatmuā.
Narasi semacam ini juga pernah disampaikan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Sosok sufi besar bergelar Kanjeng Syaikh (Sulį¹Än al-awliyÄā) ini berpesan agar jangan pernah kita hanya menginginkan nikmat dan menolak bala. Bagaimanapun, menurutnya, nikmat atau dalam hal ini berbentuk rezeki akan sampai kepada manusia, baik ia mengusahakannya ataupun sebaliknya.Ā
Sementara bala dan musibah adalah kepastian (įø„Älah) yang akan menimpa, meski engkau membencinya. Maka, terimalah apa saja yang dikehendaki-Nya.
Datangnya bala dan musibah kepada manusia untuk menghancurkannya, melainkan untuk menguji seberapa besar keimanannya. Tidaklah seseorang suka diuji dan menikmatinya, kecuali orang yang paham betul siapa gerangan Dzat yang mengujinya. Ibarat anak sekolah, jika ia siap diuji maka ia akan berhasil menjalaninya. Dan jika sering menjalani ujian, maka ia juga lebih cepat naik ke kelas berikutnya.
Kuncinya, jika datang suatu nikmat, maka sibukkanlah dengan dzikir dan bersyukur, lantas, jika diuji dengan musibah maka sibukkan dengan bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah Swt. Selanjutnya, Ibnu Athaillah menegaskan:
Ł
ŁŲŖŁŁ Ų£ŁŲ¹ŁŲ·ŁŲ§ŁŁ Ų£ŁŲ“ŁŁŁŲÆŁŁŁ ŲØŁŲ±ŁŁŁŁ ŁŁŁ
ŁŲŖŁŁ Ł
ŁŁŁŲ¹ŁŁŁ Ų£ŁŲ“ŁŁŁŲÆŁŁŁ ŁŁŁŁŲ±ŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ų°ŁŁŁŁŁ Ł
ŁŲŖŁŲ¹ŁŲ±ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁ
ŁŁŁŲØŁŁŁ ŲØŁŁŁŲ¬ŁŁŁŲÆŁ ŁŁŲ·ŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ
āKetika Allah memberimu, maka Dia sesungguhnya sedang memperlihatkan belas kasih-Nya kepadamu; dan ketika Dia menolak memberimu, maka Dia sedang menunjukkan kekuasaan-Nya kepadamu; dan di dalam semuanya itu, ia sesungguhnya hendak memperlihatkan diri kepadamu dan ingin menjumpaimu dengan kelembutan-Nyaā.
Editor: Abdul Manap
Sumber: alif.id
Terpopuler
1
H Dudu Rohman, Ketua PCNU Kota Tasikmalaya Resmi Dilantik Jadi Kakanwil Kemenag Jawa Barat
2
MTs NU Putri Buntet Bangga, Karya Gurunya Tampil di Pameran Sastra Nasional
3
Antara Kenaikan Gaji DPR, Peran DPRD, dan Program Makan Bergizi Gratis: Sebuah Catatan Kritis
4
Lembaga Falakiyah NU Umumkan 1 Rabiul Awal 1447 H Jatuh pada Senin 25 Agustus 2025
5
Perlombaan Tradisional Meriahkan Peringatan HUT ke-80 RI di KBNU Limusnunggal
6
Pedagang yang Dipercaya Langit
Terkini
Lihat Semua