• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Ngalogat

Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian 4-Tamat)

Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian 4-Tamat)
Tentara Janissari dalam busana resmi kenegaraan, lukisan karya Jean Baptiste Vanmour. Sumber : http://warfare.tk/Ottoman/Vanmour/Jannissaire_en_habit_de_ceremonie-painting.htm
Tentara Janissari dalam busana resmi kenegaraan, lukisan karya Jean Baptiste Vanmour. Sumber : http://warfare.tk/Ottoman/Vanmour/Jannissaire_en_habit_de_ceremonie-painting.htm

Oleh Agung Purnama

Dari semenjak pembubarannya pada bulan Juni tahun 1826, jejak keemasan Janissari dihapuskan dari ingatan masyarakat Turki Usmani. Sanjungan akan kepahlawanan diganti stereotif sebagai pemberontak. Bekas-bekas markas militer, bahkan kuburan orang-orang Janissari dibongkar lalu dihancurkan. Mereka yang selamat bersembunyi di bunker-bunker bawah tanah, lubang-lubang api di tempat pemandian Istanbul, dan bertahan hidup dengan menyantap makanan yang diselundupkan dari teman lama atau siapa saja yang masih simpatik pada mereka.

Lambat laun mereka dikenal sebagai “Kulhan Beyler” atau “Para Lelaki dari Lubang Api.” Beberapa di antara mereka menulis lagu cinta, syair nestapa, nyanyian ratapan, atau menyanjung mimpi-mimpi kejayaan masa lalu. Mereka sesekali terlihat berkumpul di warung kopi yang terletak di daerah-daerah tua yang kumuh, seperti kampung Samatya. Di sini para mantan anggota Janissari meminum kopi, atau yang lebih keras dari kopi, sembari mencoba membebaskan jiwa mereka yang terbelenggu.

Dari rangkaian sejarah Pasukan Janissari yang demikian itu, dan sejarah Turki Usmani pada umumnya di abad ke-17, 18, dan 19 M, sangat janggal apabila saat ini ada sekelompok orang yang mengklaim bahwa Perang Jawa atau Perang Diponegoro, dibantu oleh Pasukan Janissari.

Bagaimana mungkin Pasukan Janissari yang diburu di negerinya sendiri, lalu dibubarkan tahun 1826, bisa ikut membantu perang yang terjadi pada tahun 1825-1830? Dan bagaimana bisa Turki Usmani memberikan bantuan kepada negeri yang sangat jauh dari wilayahnya? Sedangkan di saat yang sama mereka sendiri tengah memasuki masa kemerosotan, disibukkan oleh intrik politik dalam negeri, serta dihadapkan pada peperangan dengan neger-negeri di sekitarnya.

Wajar apabila Prof. Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah, berpendapat bahwa cerita-cerita yang mengatakan Kesultanan Turki Usmani membawahi Kesultanan-kesultana di Jawa, hanyalah romantisme belaka.

Sebagaimana Peter Carey, sejarawan yang meneliti hal ihwal Diponegoro selama 40 tahun lebih, berpendapat bahwa bantuan itu tidak ada sama sekali. Meskipun pasukan Diponegoro menggunakan panji-panji khas bulan sabit, ayat-ayat Al-Qur’an, dan nama-nama resmien seperti Bulkio, Turkio, Arkio, atau Oturaki khas Turki, tapi itu semata hanya karena kekaguman Pangeran Diponegoro pada kejayaan Turki Usmani di masa lalu.

Pangeran Diponegoro tidak lah dibantu oleh tentara atau logistik perang dari pasukan Janissari, melainkan spirit perjuangan yang diambil darinya. Dalam hal ini, pendapat Peter Carey dibenarkan oleh Ismail Hakki Kadi, sejarawan Turki dari Medeniyet University Istanbul yang menulis buku Ottoman-Southeast Asian Relations: Sources From The Ottoman Archives.

Daftar Bacaan :
Agoston, Gabor. (2014). Firearms and Millitary Adaption: The Ottomans and The European    Millitary Revolution, 1450-1800. Jurnal of World History.
Carey, Peter. (2015). Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855. Jakarta: Kompas
Freely, John. (2012). Itanbul Kota Kekaisaran. Jakarta: Alvabet Ikapi.
Phillip K. Hitti. (TT). Dunia Arab, Sejarah Ringkas. Bandung: Sumur
Syalabi, Ahmad. (1998). Sejarah dan Kebudayaan Islam; Imperium Turki Usmani. Jakarta: Kalam Media
Yatim, Badri. (1993). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Penulis adalah Alumnus Departemen Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia dan Prodi Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran. Aktif mengajar di Jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 


Ngalogat Terbaru