Ngunduh Mantu Indonesia dan Turkiye
Nuansa Turkiye terasa kuat di Aula Anwar Musaddad Kampus-1, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pada Minggu (10/9/2023) lalu. Rupanya memang ada sejumlah orang Turkiye di ruangan tersebut yang sengaja datang ke Bandung. Mereka dengan antusias mengikuti prosesi ngunduh mantu. Pengasuh Pesantren Mahasiswa Universal KH Tatang Astarudin ngunduh mantu putera sulungnya, Mohammad Riza Fairuzzabadi yang menyunting gadis Turkiye, Aysè Hûmeyra.
Ini peristiwa unik dan langka. Atas nama cinta, tak ada jarak yang terlalu jauh dan semua perbedaan yang bisa disalingpahamkan. Riza dan Hûmeyra adalah teman satu kampus di Istanbul Technical University. Setelah berkenalan dan saling percaya, keduanya lantas mengikat janji suci untuk menyatu dan tak terpisah lagi. Kedua mempelai terus memancarkan wajah ceria di depan para undangan yang mengalir dari pagi sampai siang. Sejumlah kiai dari Cirebon, Tasikmalaya dan Bandung Raya turut memberikan doa restu.
Acara ngunduh mantu ini semakin meriah dengan penampilan Nasyid el-Musytaq Universal, Hadroh Universal, dan Upacara Adat Santri Universal.
Sebelumnya, akad pernikahan dilakukan di Madrasah dan Masjid (Camii) peninggalan Syaikh Yahya Effendy, pada sebuah bukit di kawasan Besiktas Istanbul yang berada di tepi Selat Bosphorus, pada Selasa (20/6/2023).
Kiai Tatang menjelaskan bahwa masjid itu peninggalan Syaikh Yahya Effendy (1495-1571) yang merupakan seorang ulama, sastrawan, dan sufi pada era Sultan Sulaiman 1, Sultan ke- 10 kekaisaran Ottoman.
“Kami berharap mendapatkan pendaran keberkahan dari Mudarris abad-16 yang dalam jejak akademiknya menguasai geometri dan kedokteran,” ujarnya.
Hasemi Fauziyah, santri PPM Universal Cipadung, Bandung.