• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Ngalogat

Menulusuri Tarekat KH Masthuro

Menulusuri Tarekat KH Masthuro
KH Muhammad Mashuro
KH Muhammad Mashuro

Oleh Samsudin Ak

Kudu mapay thorekat anu geus dijalankeun ku Abah

Wasiat ini disampaikan oleh Mama Ajengan KH Muhammad Masthuro sekitar tahun 1968. Wasiat yang yang disampaikan kepada keluarga atau dzuriyah Al-Masthuriyah yang akhirnya diketahui dan tersebar luas hingga pada santri, muhibbin dan juga masyarakat pada umumnya.
Wasiat yang disampaikan dengan bahasa Sunda merupakan yang terakhir dari keseluruhan 6 wasiatnya. Wasiat ini pula yang mengandung banyak pertanyaan bagi para santri, alumni, juga muhibbin pada umumnya.

Kudu mapay thorekat anu geus dijalankeun ku Abah
Kudu: harus/wajib
Mapay: menelusuri atau mencari sambil menjalani.
Thorekat: atau penyamaan dengan istilah umum, dalam tulisan ini ditulis tarekat, artinya kebiasaan atau amalan atau amaliah atau perjalanan spiritual yang panjang.
Anu: yang
Geus: sudah/telah
Dijalankeun : dijalankan atau dilakukan atau dilaksanakan
Ku: oleh
Abah: Mama Ajengan KH Muhammad Masthuro bin Kiai Asror bin Kiai Imamuddin bin Syekh Eyang Maulani hingga Syekh Sunan Gunung Djati dan seterusnya hingga Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wassalam.

Wasiat ini menjadi wajib bagi para pencari atau bagi para salik yang sedang atau mau mulai melakukan perjalanan spiritual, khususnya bagi para santri, murid dan muhibbin.

Mari kita mulai melakukan penelusuran bersama terhadap tarekat Abah dengan harapan terbukanya jalan spiritual dan cahaya  syariat, cahaya tarekat, cahaya hakikat dan makrifat.

Tarekat yang ada di dunia ini banyak sekali, sebanyak jumlah makhluk yang ada. Bahkan di Indonesia juga sangat banyak sekali tarekat yang ada. Baik tarekat yang muktabarah maupun yang ghair muktabarah.

Tarekat yang muktabarah di Indonesia itu banyak, umpama kita sebut saja tarekat muktabaroh an-nahdliyah, yaitu tarekat yang organisasinya berada di bawah koordinasi Nahdlatul Ulama.

JATMAN merupakan Jam'iyah tarekat muktabarah an-nahdliyah berjumlah 45 tarekat. Ke-45 tarekat ini telah teridentifikasi dengan jelas, diantaranya berdasarkan mursyid, sanad, silsilah, ajaran, murid, baiat, talkin, ijazah, keorganisasian, dan lain-lain.

Jika berdasarkan pada tujuh indikator tersebut di atas, maka kita akan mudah menelusuri apa atau bagaimana tarekat abah itu.

Namun mesti dipahami kalimat atau kata yang ada pada wasiat nomor 6, kudu mapay thorekat anu geus dijalankeun ku Abah, karena ada kata yang harus dijelaskan secara dalam.

Kalimat atau kata tersebut adalah kata mapay. Mapay adalah kata bahasa Sunda yang memiliki arti menelusuri sesuatu atau mencari sesuatu belum diketahui secara jelas. Mapay bisa jadi menelusuri atau mencari sesuatu sambil menjalani atau sambil melakukan apa yang telah diketahui.

Penelusuran tarekat atau ajaran atau amaliah tarekat berbeda dengan pencarian barang atau orang. Penelusuran ajaran tarekat mestinya sambil dijalani atau sambil diamalkan berdasarkan informasi atau ajaran yang didapat diawal sebelum melakukan penelusuran.

Jika tidak sambil menjalankan ajaran yang telah diterima dari guru atau pembimbing atau mursyid tarekatnya (Mama Masthuro) atau wakilnya atau penerus ajarannya, yakin akan tersesat.

Dengan demikian, kita harus mengingat ulang, mencatat kembali dan memulai lagi menjalankan ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh guru-guru di Pondok Pesantren Al-Masthuriyah. Mulai dari Ajaran Mama Masthuro, Habib Syekh bin Salim al-Athas, KH Syihabuddin Masthuro, KH E. Fakhruddin Masthuro, KH A. Aziz Masthuro dan sederet guru mulia lainnya di Al-Masthuriyah.

Jika sudah mulai lagi menjalankan ajaran-ajaran guru kita di Al-Masthuriyah, niscaya cahaya terang akan memancar menerangi jalan yang akan kita telusuri.

Adapun beberapa amaliah yang biasa diamalkan di Al-Masthuriyah, di antaranya adalah shalat berjamaah, ziarah ke makbarah, ngaji, ngajar, wirid, dzikir, ratiban, sedekah, ngabdi, dll.

Penulis meyakini, jika semuanya dijalankan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan yang telah diajarkan. Kita akan tahu betul dengan yakin bahwa apa dan bagaimana tarekat Abah yang sesungguhnya.

Jika kita telah melakukan perjalanan panjang dalam penelusuran tarekat Abah sambil dicari, dipelajari, dipahami, dijalani, direnungi, diresapi hingga hati nurani yang paling dalam dengan niat ikhlas dan suci mengharap ridha Ilahi Robbi. 

Perjalanan tarekat bukanlah perjalanan ke luar diri, namun sebuah perjalanan ke dalam diri sendiri,  perjalanan yang panjang, menusuk ke dalam hingga menghunjam sampai pada dasar hati nurani atau hati sanubari yang paling dalam lebih dalam daripada lautan tempat diamnya mutiara, intan dan berlian.

Niscaya perjalanan panjang yang kita lalui, dipenuhi kenangan susah payah resah gelisah, suka duka lara dan bahagia akan menjadi saksi, bahwa itulah yang namanya tarekat Abah.

Inilah Wasiat Mama Ajengan Masthuro:
1. Kudu ngahiji dina ngamajukeun Pasantren, Madrasah. Ulah pagirang-girang tampian.
2. Ulah hasud
3. Kudu nutupan kaaeban batur
4. Kudu silih pikanyaah
5. Kudu boga karep sarerea hayang mere
6. Kudu mapay thorekat anu geus dijalankeun ku Abah

Penulis adalah santri Al-Masthuriyah, pengasuh Pondok Pesantren At-Tamur Bandung 
 


Ngalogat Terbaru