Abdul Hakim
Kontributor
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu tradisi yang sangat kental di kalangan umat Islam di Indonesia. Setiap tahunnya, umat Islam di berbagai daerah di Indonesia menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, baik berupa pengajian, shalawat, hingga tradisi adat yang berbeda-beda di setiap daerah.
Tradisi ini dianggap sebagai wujud cinta dan penghormatan umat terhadap Nabi Muhammad SAW, yang membawa rahmat dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Bulan Rabiul awwal tahun ini, jatuh pada tanggal 5 September 2024, dan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW akan jatuh pada tanggal 16 September 2024 yang bertempat dengan 12 Rabi'ul awwal 1446 H.
Dasar Maulid dalam Al-Quran dan Hadis.
Meskipun perayaan Maulid Nabi tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Quran maupun hadis, konsep mencintai Nabi Muhammad SAW sangat jelas dinyatakan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْ
"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)
Ayat ini menegaskan pentingnya mencintai dan mengikuti Rasulullah SAW sebagai tanda kecintaan kepada Allah SWT. Merayakan Maulid Nabi bisa dilihat sebagai salah satu bentuk ungkapan cinta umat kepada Nabi dengan mengenang kelahirannya, sifat-sifat mulianya, dan perjuangannya dalam menyebarkan Islam.
Selain itu, terdapat hadis yang diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Ansari RA yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari Senin. Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab yang artinya:
"Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus sebagai Nabi." (HR. Muslim).
Dari hadis ini, beberapa ulama memandang bahwa memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah suatu hal yang diizinkan, karena Rasulullah sendiri mengakui pentingnya hari kelahirannya.
Pandangan Ulama tentang Maulid Nabi. Sebagian ulama besar dalam Islam mendukung perayaan Maulid Nabi dengan syarat dilakukan dalam rangka mengagungkan Nabi Muhammad SAW dan diisi dengan hal-hal yang positif, seperti memperbanyak shalawat, pengajian, dan mengingat ajaran-ajaran beliau.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi, seorang ulama besar dalam madzhab Syafi’i, dalam kitabnya Husn al-Maqsad fi Amal al-Maulid menjelaskan bahwa memperingati Maulid Nabi termasuk bid'ah hasanah (inovasi yang baik) karena tujuannya adalah untuk menambah kecintaan kepada Rasulullah SAW dan mengingatkan umat akan keteladanan beliau.
Begitu juga dengan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, dalam Fatawa al-Kubra, menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi bisa menjadi bentuk ibadah yang baik selama diisi dengan kegiatan yang bermanfaat bagi keimanan dan ilmu pengetahuan umat.
Tradisi Maulid di Nusantara. Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi sangat beragam, sesuai dengan adat dan budaya setempat. Misalnya, di Yogyakarta dan Jawa Tengah terdapat tradisi Sekaten yang dirayakan dengan berbagai kegiatan keagamaan dan kebudayaan. Sementara di Aceh, ada perayaan Maulod yang biasanya dirayakan dengan kenduri dan ceramah keagamaan.
Di daerah lain seperti Banten, masyarakat mengadakan perayaan Maulid dengan karnaval dan arak-arakan, serta lomba membaca shalawat. Di Citayam Kabupaten Bogor Jawa Barat, setiap masuk awal bulan Rabi'ula Awwal sampai berakhirnya bulan tersebut, maka peringkat maulid dari rumah ke rumah secara estafet diadakan sampai 40 hari.
Semua tradisi ini memiliki satu benang merah yang sama, yaitu kecintaan yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW. Selain sebagai wujud cinta, perayaan Maulid juga berfungsi sebagai media dakwah dan pengingat bagi umat Islam untuk meneladani sifat-sifat Nabi.
Perayaan Maulid Nabi adalah bentuk tradisi yang mengakar dalam masyarakat Indonesia sebagai ungkapan cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Meskipun tidak ada kewajiban khusus dalam syariat untuk merayakannya, para ulama sepakat bahwa selama peringatan ini diisi dengan kegiatan yang mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hal itu bernilai positif.
Sebagai umat Islam, cinta kepada Nabi Muhammad SAW bukan hanya diungkapkan melalui perayaan, tetapi juga melalui usaha meneladani akhlak dan ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Abdul Hakim Hasan, Pimpinan Yayasan Baitul Ihsan Nusantara
Terpopuler
1
Memahami Makna Hari Arafah, Hari Kedua Puncak Ibadah Haji
2
Khutbah Jumat Dzulhijjah: Makna Syukur dan Ketakwaan dalam Kurban
3
Dari Takbir hingga Shalat Ied, Berikut 7 Amalan Lengkap pada Hari Raya Idul Adha
4
Jelang Timnas Indonesia Hadapi China di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Patrick Kluivert Usung Optimisme Tinggi
5
Ketua PCNU Pangandaran Ajak Umat Maknai Idul Adha dengan Kepedulian Sosial
6
PCNU Kota Bogor Dukung Program Barak Militer Siswa, Asal Libatkan Ulama dan Nilai Keagamaan
Terkini
Lihat Semua