• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Ngalogat

Haji Ujian Berat Capai Kemuliaan

Haji Ujian Berat Capai Kemuliaan
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online

Oleh H. Muhtar Gandaatmaja 

Selain Nabi Muhammad SAW, nama Nabi yang sering disebut dalam ibadah adalah Nabi Ibrahim AS. Disebut dalam solat. Perjalanan hidup dengan keluarganya diabadikan dalam ibadah haji. Tidak salah bila ada yang mengatakan, ibadah haji adalah “napak tilas” perjuangan Nabi Ibrahim as. 

Kemuliaan yang disematkan Allah kepadanya tidak instan. Ibrahim harus menebusnya dengan penderitaan dan ujian amat berat. Mustahil manusia biasa seperti kita sanggup melakukannya. Semua dilaluinya dengan baik (QS. Al-Baqarah: 124). Ajakannya agar manusia mengesakan Allah SWT, berisiko dimusuhi ayah dan rajanya. Sebab itu ia dilemparkan ke dalam api yang menyala. 

Harus meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail, di padang tandus, tak ada air, tanaman dan buah-buahan dekat Ka’bah (QS. Ibrahim:37). Ismail meronta kehausan. Air susu Hajar kering. Tangisan pilu Ismail membuat Hajar panik. Ia mohon pertolongan Allah. Hajar melihat kilauan air di Bukit Shofa. Ia lari memburu, tidak ada. Dilihatnya di Bukit Marwa, hanya fatamorgana. Dari Sofa lari ke Marwa dari Marwa ke Shafa, hitungan ketujuh, di Marwa, Hajar melihat kearah Ka’bah ada air di bawah kaki Ismail. Air itu ia bendung dengan gundukan pasir supaya tidak meluap terbuang. Itu air berkah: “zam-zam.”

Ujian terberat Ibrahim as ketika diperintah Allah agar menyembelih putranya, Islamil. Perintah Allah ini, berkaitan erat dengan ucapan Ibrahim, manakala ia  mendapat sanjungan orang-orang sebagai dermawan karena banyak berkurban sapi, unta dan kambing. Ibrahim berkata: “Semua ternak yang aku sembelih milik Allah, jangankan kambing atau unta, seandainya aku punya anak, jika Allah meminta aku agar menyembelihnya akan aku patuhi perintah-Nya.” 

Waktu itu Ibrahim as belum punya anak. Tak henti henti ia mohon agar dianugerahi anak. (QS. Ash-Shofat: 100). Setelah punya anak, Ibrahim lupa ucapannya. Tiba pada suatu masa Allah meminta Ibrahim agar membuktikan ucapannya ( Ash-Shofat: 102) 

Tanggal 8 Dzulhijjah, Ibrahim merenungi mimpinya. Jamaah haji mengenal hari itu dengan sebutan tarwiyah. Tarwiyah, hari kebimbangan atas mimpinya apakah itu perintah Allah atau bukan. Tarwiyah dalam proses ibadah haji merupakan  hari ketika Nabi SAW dan sahabatnya mempersiapkan logistik, bekal untuk wukuf di Arofa. 

Tanggal 9 Dzuhlhijjah, di suatu tempat padang tandus, Ibrahim menemukan jawaban kebenaran mimpinya, _“ia tahu”_(arafa), bahwa mimpinya benar dari Allah Swt. Tempat itu masyhur disebut “Arafa.”

Tanggal 10 Dzulhijjah pagi waktu duha, hari Idul Adha, di Jabal Qurban, Mina, Ismail anak yang lucu berparas tampan, yang sejak lama diidam-idam kehadirannya dibaringkan, segera akan disembelih. Iblis laknatullah datang menggoda agar Ibrahim membatalkannya. Ibrahim lebih taat kepada perintah Allah daripada mengikuti perasaan dirinya yang amat mencintai anaknya. Setan dilempari dengan kerikil : “Rajmal lisy syayatin wa ridhan li rahman.” Lembah tempat melontar itu disebut jumrotul aqabah (qubra)

Ibrahim lulus dari godaan setan. Lalu setan menggoda Hajar. Dengan jawaban yang sama setan dilempari. Tempat itu dinamai jumrotul wustha. Ismail tak luput dari godaan setan, setan dilempari Ismail, tempat itu diabadikan menjadi jumrotul ula (sughra). Ketika Ismail akan disembelih, Allah segera menggantinya dengan gibas dari surga (QS. As-Shafat: 107)

Ujian adalah sunatullah. Suami, istri dan anak merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Ketiga-tiganya harus kuat. Satu saja lemah, membahayakan semua. Wallahu a’lam. 

Penulis adalah pelayan Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat


Ngalogat Terbaru