• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Nasional

KOLOM BUYA HUSEIN

Sebut Keragaman adalah Keniscayaan Alamiah, KH Husein Muhammad: Sunnatullah

Sebut Keragaman adalah Keniscayaan Alamiah, KH Husein Muhammad: Sunnatullah
Sebut Keragaman adalah Keniscayaan Alamiah, KH Husein Muhammad: Sunnatullah
Sebut Keragaman adalah Keniscayaan Alamiah, KH Husein Muhammad: Sunnatullah

Bandung, NU Online Jabar
Salah seorang Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Husein Muhammad menegaskan, pancasila merupakan ijma atau konsensus bangsa Indonesia. Ia mengutip perkatan salah seorang pakar Nurkholis Majid bahwa pancasila adalah common platform yang menjadi dasar pemersatu bangsa bagi keragaman suku, budaya, bahasa dan agama atau keyakinan.


"Keragaman adalah keniscayaan alamiyah. Dalam bahasa agama disebut "Sunnatullah"," jelasnya dalam postingan di akun media sosial Faceboon resmi miliknya Husein Muhammad pada Kamis (1/6/2023) lalu.


Kiai yang akrab disapa Buya Husein tersebut juga mengutip salah satu perkataan dari Syeikh Syamsi Tabrizi bahwa:


'Keberagaman pada segala sesuatu, pada kepribadian manusia, pikiran dan keyakinan adalah sifat alam semesta. Begitulah manusia dan akal mereka diciptakan. Siapa yang menuntut ketunggalan manusia, dia menuntut sesuatu yang mustahil, yang tak mungkin'.


"Maka, komitmen kita kepada Pancasila dan Konstitusi RI meniscayakan kita untuk memandang dan memperlakukan semua warga negara sebagai sama dan setara atas hak-hak Konstitusionalnya, yakni hak memperoleh perlindungan dan penghormatan terhadap hak hidup, hak berpikir, hak beragama/berkeyakinan, kehormatan diri, kesehatan reproduksi, hak milik pribadi dan lain-lain," jelasnya.


"Semua warga bangsa, terutama para pejabat Institusi-institusi negara wajib menjalankannya dengan konsisten dan aktif," pungkas Buya Husein yang juga merupakan kiai kelahiran Cirebon pada 9 Mei 1953.


Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi


Nasional Terbaru