• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Kuluwung

Catatan Perjalanan (4): Challenge Ibadah di Kota Makkah 

Catatan Perjalanan (4): Challenge Ibadah di Kota Makkah 
Ibadah di Kota Makkah (Ilustrasi: Freepik)
Ibadah di Kota Makkah (Ilustrasi: Freepik)


Makkah adalah tempat di atas muka bumi yang "diberkahi" dan memiliki banyak keistimewaan; sebagai "kota suci", tempat yang mustajab untuk berdoa, tempat dilipatgandakan pahala, dan sebagainya. 
 

Shalat di kota Mekkah, terlebih di Masjid Haram memiliki derajat nilai pahala yang sangat tinggi, sebanding dengan seratus ribu shalat di tempat lain. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam


صَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ 


Artinya: "Satu shalat di Masjidil Haram, lebih utama dibandingkan seratus ribu shalat di tempat lainnya“. [HR Ahmad, Ibnu Majah). 


Maka tidak mengherankan jika banyak orang yang berlomba-lomba rela menempuh jalan terjal dan berliku, untuk dapat mengunjungi dan beribadah di Kota Makkah, khususnya Baitullah. 
 

Dalam hadist lainnya, Rasulullah Muhammad  Shallallahu alaihi wasallam  menegaskan: 
 

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِي هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى 


Artinya;  "Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga Masjid. Yaitu Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid Al Aqsa (di Yerusalem)." (HR Muslim). 


Dalam Surah Al-Balad, surah ke 90 dalam al-Qur’an, Allah Swt bersumpah dengan al-Balad (Makkah). 


Penggunaan huruf qosam (sumpah) dalam al-Qur’an menurut para ulama Ahli Tafsir, antara lain dimaksudkan sebagai penekanan tentang pentingnya substansi kandungan ayat atau surat tertentu. 


Pada ayat ke-11 surah Al-Balad, Allah Swt (seakan) “menantang” kita untuk memilih jalan terjal berliku, jalan mendaki dan sukar:

 

فَلَا ٱقْتَحَمَ ٱلْعَقَبَةَ 


Ada mufassir yang memaknai ayat ini dengan: «فلا» فهلا «اقتحم العقبة» جاوزها.
(Maka kenapa ia tidak) atau mengapa ia tidak (menempuh jalan yang sulit?). 


Apakah jalan mendaki, sukar, terjal dan berliku itu? 


Pada Ayat 13-16 dijelaskan bahwa jalan mendaki, sukar, terjal dan berliku itu adalah:
(1) memerdekakan hamba sahaya makna kekinian dapat ditafsirkan dengan membebaskan kesulitan orang lain
(2) memberi makan (berbagi) dikala kita sendiri sedang kekurangan 
(3) menyantuni anak yatim keluarga dekat, dan 
(4) menyantuni orang miskin (yang betul-betul miskin). 


Ketika memilih jalan mendaki, sukar, terjal dan berliku tersebut (pasti) sangat berat, akan banyak kendala dan rintangan menghadang, maka, tugas orang beriman adalah "bergandengan tangan", saling menguatkan, saling menasihati dalam kesabaran dan kasih sayang: 


ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْمَرْحَمَةِ 


(QS : al-Balad ayat 17) 


Masjid Haram, menjelang Sholat Jumat
12 Sya'ban 1445 H
23 Februari 2023 M 


KH Tatang Astarudin, pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Kota Bandung
 


Kuluwung Terbaru