• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Kuluwung

Catatan Perjalanan (3): SA’I: Totalitas Perjuangan Seorang Ibu 

Catatan Perjalanan (3): SA’I: Totalitas Perjuangan Seorang Ibu 
Sai dan Totalitas Perjuangan Seorang Ibu (Ilustrasi: Freepik)
Sai dan Totalitas Perjuangan Seorang Ibu (Ilustrasi: Freepik)


Sai adalah salah satu rukun haji dan umroh, yang jika tidak dikerjaan, haji atau umrohnya tidak sah. 


​​​​​​​Sai adalah berjalan dengan bergegas dan berlari-lari kecil antara bukit Shofa ke Marwah yang berjarak sekitar 400 meter sebanyak 7  (tujuh) kali. 


Sepenggal kisah yang dikaitkan dengan ritual Sai adalah perjuangan seorang Ibu bernama Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim As, dengan puteranya Ismail. 


Kisah bermula ketika Nabi Ibrahim As mendapatkan perintah dari Allah Swt untuk pergi ke Palestina. Sungguh satu tugas yang sangat berat dirasakan oleh Keluarga Nabi Ibrahim As, sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 37: 
 

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ 

إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ 


Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. 


Suatu waktu, di tengah kesunyian lembah yang gersang, Ismail kecil merengek kehausan. Naluri keibuan Siti Hajar tergerak, ia berjalan, bergegas, bahkan berlari, tidak hanya satu kali, namun berkali-kali, hingga akhirnya perjuangan tidak akan mengkhianati hasil, Allah Swt tidak membiarkan hamba-hambaNya yang berusaha terpancarlah air sejuk yang sekarang dikenal air zam-zam. 


Menurut satu riwayat, air itu tidak berada di Bukit Shofa, pun tidak berada di Marwah, tapi berada di tempat lain. Ada versi yang mengatakan air itu berada di jejak hentakan kaki Ismail kecil. 


Fragmen cerita tersebut sekurangnya berisi pelajaran tentang totalitas keimanan dan keikhlasan melaksanakan perintah Allah Swt, dengan keyakinan penuh bahwa Allah Swt tidak akan menyia-nyiakan hamba-hambaNya. 


Pun ada pelajaran untuk terus berjuang tanpa lelah, tidak cukup sekali, lalu menyerah pasrah, tapi berkali-kali. 


Bahwa Allah Swt (pasti) akan memberi pertolongan kepada hamba-hambaNya, dengan caraNya sendiri, atau dari sumber dan tempat yang boleh jadi tidak terduga sama sekali. 


Sai adalah momentum sakral menghadirkan perjuangan ibu dan ayah kita, untuk kemudian melafalkan doa-doa terbaik untuk kebahagiaan dan kemuliaan mereka, dan memantapkan niat untuk berkhidmat kepada mereka, selama hidup mereka dan sesudah wafat mereka. 


اللهم أعنا على خذمتهم وبرهم فى حياتهم وبعد مماتهم... امين 


​​​​​​​Mas’a, 9 Sya'ban, 1445 H, 
Februari 22, 2024 M 


KH Tatang Astarudin, pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Kota Bandung
 


Kuluwung Terbaru