• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Tradisi Maulid: Menghidupkan Islam

Tradisi Maulid: Menghidupkan Islam
Tradisi Maulid: Menghidupkan Islam.
Tradisi Maulid: Menghidupkan Islam.

Peringatan Maulid Nabi adalah tradisi umat Islam di seluruh dunia sepanjang sejarah sejak Salahuddin al Ayyubi (1193) menggagasnya sekaligus menyelenggarakannya. Salahuddin pada kesempatan itu juga mengadakan sayembara penulisan sejarah Nabi. Salah seorang pemenangnya adalah Syeikh Al-Barzanji. Sejak saat itu, Maulid diselenggarakan di berbagai belahan dunia.


Para ulama memandang perayaan ini sebagai ekspresi kegembiraan atas kelahiran manusia kekasih Tuhan yang selalu dirindukan. Perayaan atas kelahirannya menjadi syiar Islam dan bentuk kecintaan kepada Nabi Saw. Ini adalah sesuatu yang amat manusiwi. Dalam dunia paling secular dan tak beragama sekalipun kelahiran atau kematian orang besar dan berjasa bagi kemanusiaan juga diperingati. Kuburannya diziarahi sambil diletakkan bunga di atasnya dan didoakan.


Sungguh sangat naif, jika ada orang yang membidahkannya (menganggapnya praktik keagamaan yang sesat) hanya semata-mata karena Nabi tidak menyelenggarakannya atau karena ia tidak ada pada masa Nabi.


Ini adalah pandangan orang-orang yang pikirannya amat sederhana dalam memahami agama. Mereka yang cerdas, terpelajar dan memiliki pengetahuan yang tinggi dan berkebudayaan, niscaya akan memberikan apresiasi yang tinggi atas tradisi ini. Tanpa kecerdasan pikiran seperti ini, peradaban Islam akan berhenti, tenggelam, lalu mati. Ketiadaan masa lalu tidak selalu harus tidak boleh ada pada masa yang lain dan di ruang lain. Pandangan yang cerdas adalah ketika segala hal dipahami dan dimengerti makna dan signifikansinya.


Bentuk dan cara adalah profan. Kita bisa membuatnya sesuai dengan tradisi dan kebudayaan kita masing-masing. Maka upaya-upaya segolongan orang untuk menghentikan tradisi ini sama artinya dengan “membunuh” tradisi baik yang telah mengakar berabad-abad, menghapus kebudayaan dan peradaban umat manusia yang baik dan manusiawi. Nabi adalah kekasih Tuhan. Tuhan serta Malaikat-malaikat-Nya mememberikan penghormatan atas sang Nabi Saw.


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat Allah memberikan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman, hormati, muliakanlah dan doakan keselamatan atasnya sungguh-sungguh".(Q.S. al-Ahzab [33]:56.


Akhirnya, Taufik Ismail, penyair terkemuka Indonesia, menulis syair amat elok, menghunjam dan menggetarkan kalbu. Ia menulisnya untuk group musik Bimbo yang kemudian mendendangkannya dengan penuh rindu dan menderu-deru:


Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya suwarga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru