Tafsir Ayat ke-29 Surat Al-Fath Menurut Kiai Bisri Mustofa
Senin, 14 September 2020 | 18:00 WIB
Tafsir ini ini diriwayatkan oleh KH. Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) setahun yang lalu, tepatnya 14/9/2019 dalam stayus facebook-nya. Gus Yahya menerima riwayat dari KH. Maimoen Zubeir.
“Aku ini tidak bisa dipisahkan dari Mbah Bisri,” ujar Mbah Moen. Yang beliau memaksudkan adalah kakeknya Gus Yahya.
“Aku cinta kepada beliau dan aku rasakan betul beliau sungguh cinta kepadaku. Pada saat beliau dirawat di rumah sakit sebelum wafat, beliau memanggilku dan mengajakku bicara tanpa ada orang lain. Di situ beliau membisikkan kepadaku tafsirnya atas akhir Surah Al-Fath,” lanjut Mbah Moen.
Kiai Maimoen kemudian menguraikan tafsir ayat ke-29, ayat terakhir dari Surah ke-48, Surah Al Fath itu, bahwa ayat tersebut menggambarkan sejarah perkembangan Islam.
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ ككَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا
“Pada mulanya Kanjeng Nabi sendirian, menanggung segala sesuatunya sendirian. Memikul tanggung jawab sendiri. Lalu datang sahabat-sahabat yang beriman yang menemani beliau. Selanjutnya adalah zaman para khalifah yang melakukan penaklukan-penaklukan dan memperluas wilayah kekuasaan: أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ. Kemudian setelah sistem politik mapan, dibangun peradaban untuk kemakmuran dan kesejahteraan semua orang: رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ adalah isyarat lahirnya generasi shufiyyiin mulai Imam Hasan Al Bashri dan seterusnya. Akhirnya adalah generasi سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ , yaitu generasi kita ini.
“Zaman yang asalkan orang sudah mau shalat, itu sudah sebaik-baiknya orang,” Kiai Maimoen menuntaskan uraiannya.
Periwayat: KH. Cholil Staquf (Katib ‘Aam Syuriyah PBNU)
Editor: Iip Yahya
Terpopuler
1
Ranting NU Margajaya Gelar Lailatul Ijtima, Perkuat Khidmat Kader NU Kota Bogor
2
Model MANIS, Jawaban atas Tantangan Pendidikan Karakter Masa Kini
3
Pesantren Ketitang Cirebon Jadi Teladan Kemandirian, Kemenag Beri Apresiasi
4
Dari Pawai Obor hingga Santunan Yatim Jadi Cara IKRIMA Meriahkan Pekan Muharram 1447 H di Griya Citayem Permai
5
PCNU Kota Bandung Konsolidasi Kader Penggerak, Perkuat Aswaja dan Optimalisasi Potensi Bangun Kemandirian Jam'iyah dan Jamaah
6
Ketua MWCNU Cinere Tutup Raker PRNU Pangkalan Jati: NU Harus Hadir di Tengah Masyarakat
Terkini
Lihat Semua