• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Saat Goethe Krisis Spiritual

Saat Goethe Krisis Spiritual
Goethe Krisis Spiritual
Goethe Krisis Spiritual

Johann Wolfgang von Goethe. Siapa di dunia Barat yang tak kenal nama ini. Ia seorang penyair, novelis, pemikir jenius dan ilmuwan Jerman, lahir di Frankfurt am Main dan meninggal di Weimar. 

Karya sastranya yang paling terkenal dan yang membuatnya dikenal sebagai sastrawan jenius yang legendaris adalah Faust. 

Goethe suatu saat, mengalami krisis spiritual akut, bagai yang dialami sejumlah pemikir atau filsuf dunia seperti Imam al Ghazali atau Soedjatmoko. Katanya : 

“Aku mengalami krisis spiritual begitu hebat yang mengharuskanku lari melepaskan diri dari kehidupan yang penuh bahaya yang mengancam diriku dari berbagai aspek dan segala arah. Aku harus pergi ke Timur agar aku bisa hidup dalam dunia imaginasi yang di dalamnya aku akan dapat merasakan kenikmatan dan bisa bermimpi indah”.

Sebelumnya saat di Weimar, Goethe pernah menyaksikan kaum muslimin shalat. Ia juga pernah membaca buku “Diwan Syams al-Din Hafiz Syirazi”, sastrawan dan penyair terbesar Persia. Ia membacanya dari terjemahan oleh Von Homer. “Aku meletakkan buku itu di atas mejaku, dan aku ikut hanyut ke dalam ekstase Hafiz”. 

Penyair Persia ini, kata Goethe, menyanyi lagu-lagu tentang Bulbul dan bunga mawar, kemabukan dan cinta dalam ketenangan yang indah. Antologi Puisi Hafiz menggugah kesadaran kemanusiaan, membawakan optimisme untuk menelusuri kehidupan dan mengajak kepada persaudaraan antar bangsa-bangsa. Puisi-puisi Hafiz sarat dengan nuansa-nuansa mistisisme yang menukik ke jantung manusia. 

Goethe menggubah puisi :

دعونى وحدى مقيما  
 على سرج جوادى
وأقيموا ما شئتم فى دياركم
 ومضارب خيامكم
أما أنا فسأجوب من الانحاء قاصيها
 على صهوة فرسى
فرحا مسرورا
 لا يعلو على قلنسوتى غير نجوم السمآء

Biarkan aku sendiri, di atas pelana kudaku
Kalian silakan mau tinggal di mana pun
Di rumah atau di dalam kemah-kemahmu
Sementara aku ?
Aku akan menyusuri jalan-jalan lengang 
Nun jauh, di sana di Persia
Dalam gejolak keriangan 
Di bawah bintang-bintang di langit

Baca : “Diwan al-Syarq li al-Muallif al-Gharbi”. 

KH Husein Muhamad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru